Jumat, 25 Maret 2016

Rindu yang Memancarkan Warna Merah Merekah





Depok, 24 Maret 2016
15 : 53
======================================================================
Perihal rindu,
Seringkali aku merasakan rindu yang mampu mebuatku terlelap. Entah ini memang benar rindu, terkadang aku tak mengerti mengapa seringkali rasa ini hadir, membuatku sulit untuk bersikap biasa. Aku tak tahu, mengapa tak mudah bagiku untuk menikis segala rasa ini, namun yang pasti lambat – laun aku telah terbiasa untuk menikmati segala gejolak batin yang ada dalam diri ini.
Perihal siapa yang aku tengah, bahkan selalu aku rindukan….”
Rinduku yang pertama adalah kepada Alm. Bapak yang selalu aku sayangi dan aku rindukan dekapan lembut dan hangatnya peluknya. Segala celotehannya yang selalu berhasil mengukir tawa - bahagia dalam diriku yang hampir selalu membuatku tak pernah mengenal tentang luka pilu dan airmata kesedihan. Segala bentuk motivasi dan pelajaran hidup yang selalu beliau tuturkan selalu membuatku siap dan kuat menghadapi esok yang lebih baik. Segala nasehat baiknya untuk senantiasa menghargai kehadiran orang lain di sekitar kita mampu melunakkan hatiku dan mengikis egoku secara perlahan. Hingga detik ini, aku selalu merindukan nya, dan InsyaAllah kelak kami akan dipertemukan kembali di Syurga-Nya, Aamiin.
Dan perihal selanjutnya tentang rasa rinduku yang sampai detik ini tengah aku rasakan adalah terkait rinduku kepadanya, dirinya. Dirinya yang entah siapa sesungguhnya dan entah kini tengah dimana berada, yang jelas aku selalu merindukannya, “Pangeranku” :).
Rinduku semakin membuncah, dari berwarna merah jambu, hingga detik ini telah memancarkan warna merah merekah indah. Begitu indah yang aku rasakan….”
Rasa ini fitrah, dan aku tak ingin merusak segala fitrah ini, aku akan tetap menjaganya hingga kelak tiba waktunya nanti, pangeranku kan datang menjemputku untuk tetap setia melangkah bersama menjemput ridho-Nya.
Rabb, kuatkan aku….”
Aku bersyukur, lewat perjalanan hidup yang senantiasa diwarnai dengan asam – manisnya kehidupan, telah membawaku pada proses metamorfosis kehidupan, menjadikanku pribadi yang jauh lebih baik dari hari kemarin. Alhamdulillah ^^. Terlalu banyak rangkaian kata apabila aku tuangkan semuanya disini, yang jelas selalu ada pelajaran berharga yang dapat diambil dari setiap rangkaian cerita masa lalu yang telah mengukir menjadi butir – butir kenangan, sehingga tak hanya penyesalan yang didapat, melainkan juga tentang hikmah yang indah dibalik ini semua.
Aku memang belum sepenuhnya bisa bersikap dewasa sebanding dengan usiaku kini, namun aku takkan pernah bosan untuk belajar menjadi pribadi yang dewasa dan lebih bijaksana dalam menyikapi apapun :).
Rabb, aku merindukannya….”
Lagi – lagi seperti ini yang menghampiriku untuk yang kesekian kalinya. Bayangnya tak pernah bisa hilang dalam benakku, bahkan ketika aku tengah terlelap pun, ia hadir mengetuk dan masuk ke dalam alam bawah sadarku. Hampir selalu seperti itu, hampir di setiap hari. Entahlah, aku hanya takut segala anganku ini terbang dan melambung terlalu tinggi, sebab jatuh dari ketinggian itu begitu sakit. Aku takut ini semua hanyalah prasangkaan aku semata yang terlihat semu. Aku takut.
Namun siang tadi, ada hal sederhana yang aku dapatkan, aku temui lebih tepatnya :). Membuatku merasa ikhlas melepaskan segala rasa ini. Aku biarkan rinduku ini mengalir mencari radar nya, hingga sampai pada waktunya nanti.
Rinduku,
Kini berwarna merah merekah….”
Membawaku kepada keikhlasan dan ketenangan batin dalam menjaganya.
Rinduku,
Aku akan selalu menunggu hadirmu,
Entah itu kapan,
Entah itu dimana,
Dan entah apakah memang dirinya lah orang nya?
Aku tak tahu, dan tak dapat menjamin ini semua :).
Aku pasrahkan semua ini hanya kepada-Nya.
======================================================================
Teruntukmu,
Semoga kita lekas dipertemukan-Nya,
Salam rinduku teruntuknya yang masih selalu aku rindukan,
Aku masih menunggumu….”
Dina Mitsalina
======================================================================

Semacam Hampa yang Mengusik Diamku






Hari ini, cuaca cerah dan berawan, namun nampaknya langit tak sebiru yang biasanya sangat aku nikmati keindahannya. Ada yang berbeda, pun dengan perasaanku ini. Aku memang seorang yang perasa, dan terkadang memang selalu berlebihan dalam mengartikan perihal apapun. Segalanya terlalu dirasa – rasakan, bahkan kadang aku terlalu ambigu, membuat tak banyak orang yang mengerti tentang maksud dan inginku, bahkan perihal perasaanku saja, hanya orang – orang tertentu saja yang dapat memahaminya. Entahlah, aku memang seperti ini adanya.
Detik ini, aku agak sedikit tak karuan, seperti ada yang salah dalam diriku, ada hampa yang mengusik diamku. Membuatku tiba – tiba saja tersadarkan oleh sesuatu yang kemudian membuatku agak serba – salah dalam bersikap, berkata, bahkan mengendalikan pikiran yang terlintas. Entahlah, aku tak cukup mengerti untuk dapat mengartikan ini semua seorang diri.
Aku merasa sedikit penat, dan emosiku pun tak stabil. Mungkin ini karena faktor alami yang sewajarnya rutin datang menghampiri setiap satu periode tertentu  dan seringkali membuat emosiku kadang meledak sekalipun itu adalah perihal yang kecil dan sederhana misalnya. Ya, mungkin saja. Ditambah rasa tidak tenang dalam batin ini juga menambah kepenatanku. Astagfirullah….”
Dan sekarang langit mulai kelabu, sepertinya hujan deras akan turun. Dan aku masih tetap sendiri disini dengan perasaan yang setidaknya telah sedikit lebih baik dari beberapa detik tadi. Aku tak habis pikir, mengapa seringkali suasana hatiku berubah – ubah tak menentu. Namun, sebenarnya aku paham betul bahwa hidup ini tak pernah berjalan statis bahkan kepada satu anak manusia sekalipun. Tak pernah,segalanya  selalu berjalan dengan dinamis dan beriringan. Bahagia dan pilu nya kesedihan memang selalu mengalir bergantian dalam alur hidupku, pun memang pada setiap orang sebagaimana mestinya. Kunci nya adalah “Bersyukur” atas apa yang telah kita dapatkan hari ini, dan tetap hadapi segala problematika hidup ini, serta nikmatilah setiap kejutan dalam hidup yang datang menghampiri :).
Aku sadar, aku bukan anak kecil lagi. Bukan waktunya lagi aku bersikap cengeng menghadapi situasi dalam keadaan yang menghimpit batinku. Bukan waktunya lagi aku memendam ego sendiri, sebab perihal hidup pun pada hakikatnya kita memang tak dapat hidup seorang diri.
Dan kini aku sadar betul, bahwa bukan waktunya lagi aku untuk bermanja ria dalam dekapan yang menenangkan sementara semua orang sudah terbangun dari tidurnya dan mulai bergegas, berlari, menggapai mimpinya dengan keyakinan dan kesungguhan yang nyata. Dan, aku sadar, bahwa kini sudah waktunya aku untuk terus bersungguh – sungguh dalam memperbaiki dan menghadapi ini semua dengan kejernihan hati dan pikiran. Semangat Dina!!
Adakala nya kita terjatuh, terlena oleh keadaan yang menghanyutkan. Namun, jangan jadikan itu sebagai sebaik – baik tempat yang nyaman. Keluarlah dari zona nyamanmu tuk bermetamorfosis dengan indah. Tak ada kata terlambat bagi mereka yang senantiasa berdo’a dan mau berusaha dengan ikhlas dan bersungguh hati. Selama kita mampu, dan mau untuk mewujudkan ini semua, mengapa harus terdiam – meratapi keterpurukan dan berhenti di tengah jalan? :) ~
Alhamdulillah,
Aku merasa jauh lebih tenang sekarang.
Ada sugesti positif yang menyadarkanku untuk tak lantas larut dalam perasaan yang seperti ini. Sebab, dunia tak hanya milik diri kita seorang. Masih banyak hal yang bisa kita lakukan dengan orang – orang sekitar. Tak ada yang patut untuk disalahkan apabila kita tak mampu untuk menetralisir dan mengendalikan ini semua. Tak ada, kecuali diri kita lah yang semestinya dapat berkaca dan menerima apapun yang datang menghampiri kita :).
Rabb, ampuni aku….”
Ampuni diri ini yang telah melangkah terlalu jauh. Ampuni aku yang terlalu sering nya membuat-Mu kecewa karena egoku sendiri….”
Aku merasa akhir – akhir ini aku agak jauh dari-Mu, sebab aku akui aktivitasku lebih banyak aku habiskan untuk urusan dunia semata, sementara waktuku untuk-Mu hanya sekedar kewajiban saja yang aku penuhi di setiap harinya. Aku merasa aku sudah terlalu jauh terhanyut dalam arus yang tak menenangkan. Ampuni aku Ya Rabb….”
Dan dengan derasnya, hujan pun turun.
Cukuplah segala penyesalan ini telah menyadarkanku dari segala keterlenaanku ini, merubahku untuk tetap konsisten dalam tiap langkah perbaikan diri :).
Semacam hampa yang mengusik diamku….”
Alhamdulillah,
Lewat rasa hampa yang aku rasakan dalam beberapa hari belakangan ini ternyata mampu membuat diri ini kembali berkaca. Apalagi ketika tadi pagi dengan tanpa sengaja aku membaca kutipan tulisan dari buku karya Mas Robi Afrizan Saputra yang berjudul “Dewasa, Cinta, dan Bahagia”, aku mulai tersadar bahwa segala sesuatunya yang terjadi pada kita itu bergantung pada sesuatu yang disebut dengan “hati”.
Ya, lewat hati, mampu menentukan dan menggambarkan pribadi kita seutuhnya.
Hati yang bersih, akan menghasilkan pikiran yang jernih, perkataan yang baik, dan perilaku yang positif. Hal itu ternyata mutlak. Dan ibarat kita ketika sedang bercermin, apa yang terlihat dan terpancar dari dalam diri kita tergantung pada bagaimana dengan keadaan hati kita :).
“Menjaga hati ibarat menjaga bunga dalam taman. Jika taman terjaga, akan terlihat menarik dan indah. Begitu pun menjaga hati yang ada di dalam dada. Jika hati terjaga, tindakan kita juga indah dan bermanfaat bagi semua. Bukankah semua yang dilakukan berawal dari perintah suara hati? Perintah yang selalu bersinergi.”
( Robi Afrizan Saputra )
Maka, berhati – hatilah dalam menjaga hati.
Sebuah rangkaian kata yang singkat, namun mampu menyadarkanku, hingga diamku ini mampu mengusikku, lewat kehampaan yang aku rasakan. Semacam hampa yang mengusik diamku menuju kepada perubahan yang positif.
Alhamdulillah, lagi – lagi pada detik ini aku merasa jauh lebih baik sekarang ^^. Cukup panjang rangkaian kata ku yang berhasil aku tuangkan dari pikiran – pikiran yang terus mengganjal dan mengusik batinku pada beberapa detik tadi. Apa yang aku renungkan kemudian lewat kata – kata mampu membuat persaan dan emosiku jauh lebih baik.
Perihal ini semua berawal dari diamku pada beberapa hal tertentu sampai akhirnya ada seberkas ruang “hampa” yang aku rasakan, dan membuatku sejujurnya tak merasakan kenyamanan dan merenungi ini semua dengan sadarku. Perlahan, beban yang aku rasakan kini mulai berkurang dan menjauh pergi, menyisakan harapan – harapan yang harus segera aku raih. Lewat kehampaan, diam, dan merenung, hingga tersadarkan dari lamunan panjang, hingga akhirnya telah membuka jalan untukku meniti langkah dengan menjadi pribadi yang lebih baik dari hari kemarin.
Alhamdulillah, aku mampu untuk mengintropeksi diri, meski sebenarnya belum sepenuhnya aku mampu berkaca dengan baik, namun aku takkan menyerah :). Segala teori yang terlintas dan tergambar jelas dalam benak ini harus aku realisasikan detik ini juga. Semangat Dina!!
Mari belajar memaafkan, dan menerima apapun yang kita dapatkan hari ini dengan tulus dan lapang hati. Mari belajar untuk menghargai kehadiran orang – orang disekitar, dan belajar ikhlas untuk menerima masukan dan energi positif dari siapapun. Dan, hargai setiap detik yang telah Allah berikan dengan senantiasa bersyukur dan ikhlas menghadapi alur kehidupan ini dengan semangat yang menghangatkan serta tetap istiqomah sampai kepada pemberhentian terakhir.
Hadapi, hayati, dan nikmati ~
Bersihkan hati dan pikiran, luruskan niat, mantapkan langkah, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. InsyaAllah berkah :) ~
======================================================================
Dalam detik yang lebih baik dari beberapa detik sebelumnya,
Salam Semangat bertabur tulusnya cinta,
Depok, 22 Maret 2016
17:42
Dina Mitsalina ^^ ~
======================================================================

Jumat, 04 Maret 2016

Saling Menasehati Dalam Kebenaran dan Kesabaran



Saling Menasehati Dalam Kebenaran dan Kesabaran


 

Depok, 4 Maret 2016
Pukul 00:42 WIB
Dalam ruang sunyi di sudut kamar kostan
Detik ini, di peghujung pergantian malam yang sunyi, mata ini begitu enggan untuk dapat  terpejamkan. Sebab, sejujurnya diri ini tak akan larut dalam lelapnya alunan mimpi sebelum menerima rasa ketenangan dalam batin. Segala rasa, apapun itu, menyatu menjadi satu menjadikan nya semakin kompleks dan rumit. Kalut, dilematis, galau, bahkan “stres” pun telah berhasil melebur penuh sensasi dalam diri ini. Ya,inilah sebuah hidup dan kehidupan, tak pernah sekalipun berjalan statis.
Mungkin karena aku adalah tipikal perempuan bergolongan darah O dan menurut kebanyakan orang aku ini adalah pribadi yang begitu melankolis, maka segalanya pun tak dapat dibuat menjadi sederhana, bahkan terkadang diriku yang justru memperumit keadaan. Dimanapun aku berada,tak sedikit orang yang mengatakan bahwa aku terlalu “rempong” dalam berbagai hal. Namun,kebiasaan inilah yang tanpa sadar telah membentuk karakterku sampai pada detik ini. Seperti hal nya dengan kejadian dalam seharian ini contohnya….”
Pagi tadi, kami (aku, bad, paul) bangun “kesiangan”. Dimana pagi ini kami ada kelas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan pukul 08.00 WIB, dengan dosen favorit kami, Pak Lubis. Dan jika kami hadir lewat dari waktu beliau mengabsen kami satu per satu, maka kehadiran kami pun akan ditandai “T” di kolom absensi yang pertanda bahwa kami terlambat hadir. Terkait dengan hal ini, di semester 4 lalu aku telah mengoleksi cukup banyak huruf “T” di list absensi kehadiranku, dan aku pastikan hal itu takkan terulang kembali di semester ini ^^.
Sementara pagi tadi, kami terbangun sekitar pukul 06.56 WIB. Panik kami bertambah ketika mendapati problema lampu toilet yang tiba – tiba padam di saat yang tidak tepat, membuat kami harus bersikeras membangun menara untuk dapat memasang lampu bohlam yang baru di detik – detik yang sempit ini. Luar Biasa! Aku memang yang paling sulit ontime diantara yang lainnya, kurang gerak cepat lebih tepatnya. Ketika semuanya tergesa – gesa, aku tetap tenang dan santai, sampai akhirnya aku medapat giliran masuk ke toilet pada urutan ke-3 (terakhir) sekitar pukul 07.27 WIB. Dan aku mulai panik.
Setibanya disana, aku baru masuk dan hendak akan memulai aktivitasku didalam, reflek aku langsung berteriak dan berlari keluar toilet ketika mendapati ada seekor cicak yang tak sengaja berenang di dalam bak mandi. Mendengar hal itu, bad dan paul dengan nada tegas menyuruhku agar berani mengatasi hal sepele ini. Bagi mereka, itu adalah perihal sepele dan tak semestinya aku terlalu manja dengan hal ini. Namun apa mau dikata, aku memang begini, aku begitu phobia dengan sesuatu yang menggelikan sekaligus menjijikan, dan melihat tubuh cicak selalu membuatku merinding tak tahan. Aku tahu, waktu kita begitu mepet, dan bukan saat yang tepat aku untuk merengek. Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk bergegas menyingkikan cicak tersebut. Dan, ternyata gagal!
Aku hanya bisa merengek dalam ketakutanku sembari sedikit meneteskan air mata. Sungguh berlebihan memang, namun inilah aku. Beberapa detik setelah itu, aku dengan tegasnya mengatakan kepada mereka, bahwa : “ Oke fix, aku kuliah dan gausah mandi!”. Aku tak bermakud jorok, namun begini lebih baik menurutku. Meski ada rasa bersalah dalam hati karena aku takut cicak itu tak dapat bertahan lama dan akan mati karna aku membiarkannya mengapung dalam air terlalu lama, namun aku tetap tak dapat menahan phobiaku ini.
Ada rasa yang berbeda memang terkait keputusan konyolku ini, aku tak merasa nyaman dan lebih fresh dari biasanya sekalipun penampilanku terlihat rapi. Terlebih ketika hari mulai siang, aku mulai tak tahan dengan segala kegerahan ini. Sampai ketika di perjalanan pulang selepas kuliah dan makan siang, aku mulai membahas perihal yang terjadi tadi pagi bersama bad. Aku yang memulai percakapan sampai akhirnya kami saling berdebat. Meski segala perdebatan ini tak mengandung unsur kebencian atau apapun, namun kami tetap saling bertahan pada argument masing – masing dalam dekap canda – tawa yang terasa manis.
Bad mengatakan bahwa aku teralu repot, apalagi ketika ada problema kecoa yang kerap kali datang menghampiriku dan tak bisa menahan sedikitpun teriakku sekalipun aku berada dalam kesunyian. Biarpun begitu, dan aku memang sulit untuk bersikap tenang terhadap hal apapun, namun bad tetap dapat memaklumiku apa adanya, ia begitu mengerti tentang diriku, sebagai seorang sahabat sekaligus saudara seperjuangan ^^.
Selesai dari situ, tibalah kami di kostan kami. Masih membahas perihal cicak tadi, ternyata begitu bad mengecek toilet, cicak tersebut tak ada, entah menghilang kemana. Bad mengatakan bahwa apa yang aku lihat tadi pagi adalah bagian dari imajinasiku saja yang terlalu tinggi, ditambah dengan minusnya mataku yang menurutnya bahwa apa yang aku lihat tadi pagi memang jelas tak ada, dan bad pun berhasil meledekku dengan puas nya sekalipun aku melakukan pembelaan dan pembenaran atas apa yang aku lihat di pagi tadi. Bad terus tertawa, sembari menasehatiku untuk belajar dalam keterpaksaan yang positif untuk dapat bertindak tegas dalam melawan phobia dan menghadapi sesuatu yang tak kita inginkan sekalipun.
Selain phobia terhadap sesuatu yang menggelikan ataupun menjijikan, aku juga phobia terhadap “kesendirian”. Dengan kata lain, aku ini penakut, tak cukup berani dalam bertahan seorang diri terlebih di tempat sepi. Kalaupun terpaksa berada dalam situasi mencekam pun, aku selalu berusaha mencari keramaian. Contohnya, jika aku berada dirumah seorang diri sampai waktu malam tiba, ditambah hujan – angin – petir, aku akan menyetel televisi dengan volume keras, menyetel musik, memasukan kucing – kucingku ke dalam rumah, mengunci pintu, dan kemudian berdiam diri di dalam kamar sembari melakukan aktivitas apapun yang membuat aku tenang.
Dan siang tadi, bad ingin pulang ke rumahnya di bogor, kemudian paul akan pergi interview di daerah Jakarta Timur. Itu artinya, aku akan berada di kostan, melewati waktu sore sampai malam hari di kostan seorang diri. Aku takut, entahlah, aku memang tak cukup berani bertahan seorang diri dalam kesunyian yang mencekam. Aku pernah mendapati harus bermalam sendirian di dalam kostan, dan aku langsung pulang ke rumah meninggalkan kostan. Sebab, aku lebih baik pulang ke rumah, apapun keadaannya daripada harus berada seorang diri di dalam kostan dengan suasana yang mencekam. Dan ini dinilai terlalu berlebihan oleh mereka, yaa inilah aku ~.
Sampai akhirnya, ternyata kami tertidur pulas di kostan sejak siang hari sampai sore tiba. Dan ketika aku telah mulai berani untuk tetap berada di kostan dan bertahan seorang diri, ternyata bad memutuskan untuk tidak jadi pulang ke rumah, sebab takut selepas bad pamit untuk pulang, aku juga ikut bergegas pulang ke rumah karena takut dan tak tahan sendirian di kostan. Bad juga khawatir jika aku pulang ke rumah, aku akan menghadapi keadaan yang tak baik di rumah dibandingkan dengan tetap berada disini. Sungguh aku jadi tak enak hati, namun biarlah :D ~.
Sampai waktu malam tiba, kami saling sharing banyak hal, apapun itu. Bad mulai menasehatiku untuk dapat keluar memberanikan diri mengatasi segala phobiaku,dan tetap tenang menghadapi apapun. Namun, pada intinya, apapun kurangku, bad selalu dapat memaklumi dan memahamiku, pun dengan paul. Kami yang mulai terbiasa hidup bersama dalam satu atap, melewati hari demi hari, mengukir cerita bersama.
Malam tadi, begitu banyak mimpi – mimpi yang kami tuangkan bersama, perihal apapun itu terkait keberhasilan di masa depan. Kami saling memotivasi diri dan yakin bahwa setiap dari kita pasti memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tak perlu terlalu merendahkan diri, seperti perkataan Bapak Sepky selaku Dosen Mata Kuliah Auditing 2, beliau mengatakan bahwa : “Jangan pernah mengkerdilkan kemampuan diri! Masih ada kesempatan untuk menjadi pribadi yang berkualitas! Karena kita pasti bisa mengeksplore diri lebih dari yang kita bayangkan.”
Tak ada kata terlambat untuk berubah, sekalipun kau tengah berada di keadaan yang begitu menyesakkan, bahkan berada di ambang batas kehancuran. Sebab, untuk saat ini bukan waktunya lagi bagi kita untuk menjadi penonton, sekarang adalah waktunya kita untuk menjadi pemain dalam alur perjuangan hidup ini! Semangat! Buktikan bahwa kita pun Pasti Bisa!
Alhamdulilllah, di masa – masa seperti ini, Allah kirimkan orang – orang yang mampu untuk saling merangkul dan menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Masing – masing dari kami pun memiliki problematika hidup dan ujian kehidupan yang berbeda – beda, cerita hidup kami pun berbeda. Namun dengan keberagaman itulah yang justru menyatukan kami. Ibarat kepingan puzzle, kurang – lebihnya kami justru yang saling mengisi dan melengkapi kami satu sama lain.
Masa – masa sulit yang dijalani bersama menjadikan ini semua terasa lebih ringan untuk tetap dapat dijalani dan dihadapi dengan keyakinan kuat akan buah yang manis di masa mendatang. Apapun warnanya, harus dapat tetap dinikmati adanya. Bersama dengan mereka, satu per satu beban terasa lebih ringan untuk ditanggung. Bersama dengan mereka, langkah ini terasa lebih mudah untuk dapat terus ditapaki. Dan bersama dengan mereka, ketenangan menjalani hidup dan mempersiapkan bekal menuju akhirat kelak terasa nikmat dan bahagia untuk di perjuangkan bersama.
Entah apa yang akan terjadi pada diri kita di masa depan, tak ada seorangpun yang tahu pasti. Namun, apa salahnya mencoba sesuatu yang belum pasti dapat terjadi, tetapi mungkin untuk di coba dan di wujudkan?
Jalani saja, dan pasrahkan hasilnya pada Sang Maha Pemberi Keputusan :)
Semoga dengan segala kesungguhan dan upaya perbaikan diri yang sedang sama – sama kita perjuangkan ini, kelak dapat mengukir tangis dan senyum bahagia. Meskipun kita memiliki pilihan hidup dan mimpi yang berbeda di masa depan, InsyaAllah itu semua dapat terwujudkan kelak dengan caranya masing – masing.
Manusia boleh berencana dan bermimpi indah akan banyak hal, namun rencana yang paling indah dan terbaik adalah mutlak dari Ketetapan Takdir-Nya :)
Tetap Semangat, jangan lupa untuk selalu bersyukur, dan  jadilah pribadi yang ikhlas ^^.
Salam Hangat bertabur berkah berbalut rindu,
~ Dina Mitsalina ~