Hari ini, cuaca cerah dan berawan, namun nampaknya
langit tak sebiru yang biasanya sangat aku nikmati keindahannya. Ada yang
berbeda, pun dengan perasaanku ini. Aku memang seorang yang perasa, dan
terkadang memang selalu berlebihan dalam mengartikan perihal apapun. Segalanya
terlalu dirasa – rasakan, bahkan kadang aku terlalu ambigu, membuat tak banyak
orang yang mengerti tentang maksud dan inginku, bahkan perihal perasaanku saja,
hanya orang – orang tertentu saja yang dapat memahaminya. Entahlah, aku memang
seperti ini adanya.
Detik ini, aku agak sedikit tak karuan, seperti ada
yang salah dalam diriku, ada hampa yang mengusik diamku. Membuatku tiba – tiba
saja tersadarkan oleh sesuatu yang kemudian membuatku agak serba – salah dalam
bersikap, berkata, bahkan mengendalikan pikiran yang terlintas. Entahlah, aku
tak cukup mengerti untuk dapat mengartikan ini semua seorang diri.
Aku merasa sedikit penat, dan emosiku pun tak
stabil. Mungkin ini karena faktor alami yang sewajarnya rutin datang menghampiri
setiap satu periode tertentu dan seringkali
membuat emosiku kadang meledak sekalipun itu adalah perihal yang kecil dan
sederhana misalnya. Ya, mungkin saja. Ditambah rasa tidak tenang dalam batin
ini juga menambah kepenatanku. Astagfirullah….”
Dan sekarang langit mulai kelabu, sepertinya hujan
deras akan turun. Dan aku masih tetap sendiri disini dengan perasaan yang setidaknya
telah sedikit lebih baik dari beberapa detik tadi. Aku tak habis pikir, mengapa
seringkali suasana hatiku berubah – ubah tak menentu. Namun, sebenarnya aku
paham betul bahwa hidup ini tak pernah berjalan statis bahkan kepada satu anak
manusia sekalipun. Tak pernah,segalanya selalu berjalan dengan dinamis dan beriringan.
Bahagia dan pilu nya kesedihan memang selalu mengalir bergantian dalam alur
hidupku, pun memang pada setiap orang sebagaimana mestinya. Kunci nya adalah
“Bersyukur” atas apa yang telah kita dapatkan hari ini, dan tetap hadapi segala
problematika hidup ini, serta nikmatilah setiap kejutan dalam hidup yang datang
menghampiri :).
Aku sadar, aku bukan anak kecil lagi. Bukan
waktunya lagi aku bersikap cengeng menghadapi situasi dalam keadaan yang
menghimpit batinku. Bukan waktunya lagi aku memendam ego sendiri, sebab perihal
hidup pun pada hakikatnya kita memang tak dapat hidup seorang diri.
Dan kini aku sadar betul, bahwa bukan waktunya lagi
aku untuk bermanja ria dalam dekapan yang menenangkan sementara semua orang
sudah terbangun dari tidurnya dan mulai bergegas, berlari, menggapai mimpinya
dengan keyakinan dan kesungguhan yang nyata. Dan, aku sadar, bahwa kini sudah
waktunya aku untuk terus bersungguh – sungguh dalam memperbaiki dan menghadapi
ini semua dengan kejernihan hati dan pikiran. Semangat Dina!!
Adakala nya kita terjatuh, terlena oleh keadaan
yang menghanyutkan. Namun, jangan jadikan itu sebagai sebaik – baik tempat yang
nyaman. Keluarlah dari zona nyamanmu tuk bermetamorfosis dengan indah. Tak ada
kata terlambat bagi mereka yang senantiasa berdo’a dan mau berusaha dengan ikhlas
dan bersungguh hati. Selama kita mampu, dan mau untuk mewujudkan ini semua,
mengapa harus terdiam – meratapi keterpurukan dan berhenti di tengah jalan? :) ~
Alhamdulillah,
Aku merasa jauh lebih tenang sekarang.
Ada sugesti positif yang menyadarkanku untuk tak
lantas larut dalam perasaan yang seperti ini. Sebab, dunia tak hanya milik diri
kita seorang. Masih banyak hal yang bisa kita lakukan dengan orang – orang
sekitar. Tak ada yang patut untuk disalahkan apabila kita tak mampu untuk
menetralisir dan mengendalikan ini semua. Tak ada, kecuali diri kita lah yang
semestinya dapat berkaca dan menerima apapun yang datang menghampiri kita :).
Rabb,
ampuni aku….”
Ampuni diri ini yang telah melangkah terlalu jauh.
Ampuni aku yang terlalu sering nya membuat-Mu kecewa karena egoku sendiri….”
Aku merasa akhir – akhir ini aku agak jauh dari-Mu,
sebab aku akui aktivitasku lebih banyak aku habiskan untuk urusan dunia semata,
sementara waktuku untuk-Mu hanya sekedar kewajiban saja yang aku penuhi di
setiap harinya. Aku merasa aku sudah terlalu jauh terhanyut dalam arus yang tak
menenangkan. Ampuni aku Ya Rabb….”
Dan
dengan derasnya, hujan pun turun.
Cukuplah segala penyesalan ini telah menyadarkanku
dari segala keterlenaanku ini, merubahku untuk tetap konsisten dalam tiap
langkah perbaikan diri :).
Semacam
hampa yang mengusik diamku….”
Alhamdulillah,
Lewat rasa hampa yang aku rasakan dalam beberapa
hari belakangan ini ternyata mampu membuat diri ini kembali berkaca. Apalagi
ketika tadi pagi dengan tanpa sengaja aku membaca kutipan tulisan dari buku
karya Mas Robi Afrizan Saputra yang berjudul “Dewasa, Cinta, dan Bahagia”, aku
mulai tersadar bahwa segala sesuatunya yang terjadi pada kita itu bergantung
pada sesuatu yang disebut dengan “hati”.
Ya,
lewat hati, mampu menentukan dan menggambarkan pribadi kita seutuhnya.
Hati yang bersih, akan menghasilkan pikiran yang
jernih, perkataan yang baik, dan perilaku yang positif. Hal itu ternyata
mutlak. Dan ibarat kita ketika sedang bercermin, apa yang terlihat dan
terpancar dari dalam diri kita tergantung pada bagaimana dengan keadaan hati
kita :).
“Menjaga hati
ibarat menjaga bunga dalam taman. Jika taman terjaga, akan terlihat menarik dan
indah. Begitu pun menjaga hati yang ada di dalam dada. Jika hati terjaga,
tindakan kita juga indah dan bermanfaat bagi semua. Bukankah semua yang
dilakukan berawal dari perintah suara hati? Perintah yang selalu bersinergi.”
( Robi Afrizan Saputra )
Maka,
berhati – hatilah dalam menjaga hati.
Sebuah rangkaian kata yang singkat, namun mampu menyadarkanku,
hingga diamku ini mampu mengusikku, lewat kehampaan yang aku rasakan. Semacam
hampa yang mengusik diamku menuju kepada perubahan yang positif.
Alhamdulillah, lagi – lagi pada detik ini aku
merasa jauh lebih baik sekarang ^^. Cukup panjang rangkaian
kata ku yang berhasil aku tuangkan dari pikiran – pikiran yang terus mengganjal
dan mengusik batinku pada beberapa detik tadi. Apa yang aku renungkan kemudian
lewat kata – kata mampu membuat persaan dan emosiku jauh lebih baik.
Perihal ini semua berawal dari diamku pada beberapa
hal tertentu sampai akhirnya ada seberkas ruang “hampa” yang aku rasakan, dan
membuatku sejujurnya tak merasakan kenyamanan dan merenungi ini semua dengan
sadarku. Perlahan, beban yang aku rasakan kini mulai berkurang dan menjauh
pergi, menyisakan harapan – harapan yang harus segera aku raih. Lewat
kehampaan, diam, dan merenung, hingga tersadarkan dari lamunan panjang, hingga
akhirnya telah membuka jalan untukku meniti langkah dengan menjadi pribadi yang
lebih baik dari hari kemarin.
Alhamdulillah, aku mampu untuk mengintropeksi diri,
meski sebenarnya belum sepenuhnya aku mampu berkaca dengan baik, namun aku
takkan menyerah :). Segala teori yang terlintas dan tergambar jelas
dalam benak ini harus aku realisasikan detik ini juga. Semangat Dina!!
Mari belajar memaafkan, dan menerima apapun yang
kita dapatkan hari ini dengan tulus dan lapang hati. Mari belajar untuk
menghargai kehadiran orang – orang disekitar, dan belajar ikhlas untuk menerima
masukan dan energi positif dari siapapun. Dan, hargai setiap detik yang telah
Allah berikan dengan senantiasa bersyukur dan ikhlas menghadapi alur kehidupan
ini dengan semangat yang menghangatkan serta tetap istiqomah sampai kepada
pemberhentian terakhir.
Hadapi,
hayati, dan nikmati ~
Bersihkan
hati dan pikiran, luruskan niat, mantapkan langkah, saling menasehati dalam
kebenaran dan kesabaran. InsyaAllah berkah :) ~
======================================================================
Dalam
detik yang lebih baik dari beberapa detik sebelumnya,
Salam
Semangat bertabur tulusnya cinta,
Depok,
22 Maret 2016
17:42
Dina
Mitsalina ^^ ~
======================================================================
Tidak ada komentar:
Posting Komentar