Sabtu, 11 Juli 2015

K E L A B U K U




Mengapa semuanya seperti ini adanya?



Detik ini, seketika merah jambuku berubah menjadi kelabu. Hingga gemetar yang aku rasakan seiring dengan deras nya setiap tetesan air mata ini tak mampu lagi tertahankan. Sebenar nya detik ini bukan kelabu yang ingin aku tuliskan, namun mengapa justru kenyataan nya seperti ini. Ini diluar dari apa yang aku perkirakan. Aku pun tak mengerti, tak mengerti, sungguh aku tak mengerti.
Tuhan, mengapa ini terasa amat memilukan? Aku merasa hancur berantakan. Bukan yang seperti ini yang aku harapkan, bukan. Dan air mataku tak dapat terbendung lagi hingga detik ini.
Beberapa detik lalu, aku yang tanpa sengaja membaca rangkaian sebuah tulisan pada sebuah blog yang tanpa sengaja terbuka membuatku tertarik tuk membaca nya. Kata demi kata yang dia tuliskan aku baca dengan sangat hati –hati. Tentunya dengan perasaan yang tak menentu. Sampai pada di akhir tulisan nya, rasa nya aku seperti tertusuk oleh sesuatu yang seketika menyesakkan dada ini, dan ini teramat sesak aku rasakan.
Tak sanggup rasa nya aku menerima kenyataan sepahit ini.
Apa yang aku khawatirkan terjadi…………..”
Benarkah bahwa ternyata bukan aku?
Bukan aku?
Lalu, mengapa sedari dulu ketika hari berganti hari, minggu dan bulan silih berganti kau hampir selalu membuatku terbang melambung  tinggi? Mengapa? Bisakah dirimu menjelaskan tentang ini? BISAKAH??????
Rasa nya aku ingin berteriak di telingamu dan mengatakan “ KAMU JAHAT ! ”
Tega nya kamu membuatku semakin hari semakin terbang tinggi hingga kemudian dengan mudah nya dirimu menghempaskan diriku ke palung terdalam.
Tadi nya aku pikir bahwa setiap frekuensi pertemuan kita ini adalah bagian dari sesuatu yang disebut fitrah nya sebuah cinta. Tadi nya pula aku berpikir bahwa setiap apa yang kita perbincangkan dari waktu ke waktu adalah bagian dari skenario indah-Nya dalam mempersatukan kita dalam satu ikatan suci. Namun, apakah kenyataan nya seperih ini kah? Aku sungguh tak sanggup, tak sanggup…………”
Dua hari lalu aku pernah menangis terharu karna prasangkaanku sendiri terhadapmu. Namun, detik ini aku menangis penuh duka karna luka yang kau goreskan melalui celotehanmu. Meskipun aku tak tahu pasti siapa gerangan wanita yang kau maksud, namun itu amat menyakitkan bagiku.
Detik ini, sekertika air mataku tertahankan. Entahlah ~
Tangis yang tadi sempat pecah tiba – tiba terhenti karna pikiranku yang mulai bercampur – aduk tak karuan. Mengingat setiap detik yang telah berlalu dimana aku mengakui bahwa detik itu manis ada nya.  Namun, mengapa harus kau buat buyar semua rasa ini? Mengapa? Mengapaaaaaa?

AKU HANYALAH MANUSIA BIASA !!
Aku memiliki perasaan yang memang layak nya manusia biasa. Mungkin aku yang terlalu berlebihan hingga detik ini. Namun, mengapa dahulu kau yang memulai nya? Mengapaaaaaa?
Aku yang awal nya tak mengenalmu secara detail, mengapa dapat dengan cepat nya tertarik padamu? Bukankah kau juga yang memulai nya? Tidak ingatkah dirimu wahai laki – laki yang beberapa jam  tadi selalu aku harapkan akan menjadi pangeranku kelak? Maafkan apabila kata – kataku ini terlalu menyudutkan. Sebab aku kecewa………..”
Lebih tepat nya aku terluka. Mungkin aku yang salah. Sebab, mungkin aku salah dalam mengartikan ini semua. Mungkin aku salah dalam mengartikan setiap getar yang kau berikan padaku ini, hingga aku menangkap nya sebagai getaran cinta, namun pahit nya aku rasakan ketika sekarang aku menyadari bahwa mungkin bukan seperti dugaanku semula.
Tuhan, mengapa begini jadi nya?
Benarkah bahwa memang dia bukanlah untukku? Sejujurnya aku sulit untuk menerima ini.

§  Seandainya dirinya tahu bahwa dalam setiap harap – harap cemasku selalu terselipkan namanya selalu.
§  Seandainya dirinya tahu, bahwa diri nya lah sosok pria yang hingga beberapa waktu tadi selalu aku harapkan untuk menjadi pangeranku kelak.
§  Seandainya dirinya tahu bahwa seringkali bayang nya muncul dalam mimpi indahku.
§  Seandainya dirinya tahu bahwa aku yang selalu mencoba menjaga dan mempertahankan rasa ini agar tetap manis sampai tiba sa’ah nya nanti.
§  Seandainya dirinya tahu betapa lewat dirinya lah aku bisa tetap selalu tersenyum dan bersemangat menjalani kehidupan hingga perlahan dapat berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi.
§  Seandainya dirinya tahu betapa bahagia nya aku ketika mampu menyapaikan apa yang tengah aku rasakan pada nya.
§  Seandainya dirinya tahu bahwa tiap bertambah nya waktu seiring setiap langkah yang aku tempuh, aku selalu memiliki celah untuk selalu merindukannya.
§  Seandainya dirinya tahu bahwa aku telah merelakan pria lain demi memberikan ruang besar teruntuk dirinya seorang yang aku harapkan menjadi pangeranku kelak.
§  Seandainya dirinya tahu betapa berwarna nya suasana hatiku ketika selalu menantinya untukku kelak.
§  Seandainya dirinya tahu betapa aku selalu melihat sosok ayahku yang telah lama tiada, ada pada dirinya.
§  Seandainya dirinya tahu betapa aku ingin bersamanya.
§  Dan seandainya dirinya tahu bahwa aku menuliskan apa yang aku rasakan ini adalah tentang dirinya, bukan tentang pria lain.

Namun, mengapa seketika semua nya seakan semu? Ini menyesakkanku. Ketika kudapati ternyata harapan ini tak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Apakah hanya akulah seorang yang tengah bermimpi dalam lamunan panjang ini?
Perih…………”
Mengapa semua nya menjadi serumit ini? Sejujur nya aku tak mengharapkan yang seperti ini terjadi. Aku tak sanggup menerima kekecewaan ini.

Sayapku seakan patah.

Tak ku mengerti, mengapa begini?
Waktu dulu ku tak pernah merindu,
Tapi saat semuanya berubah,
Kau jauh dariku,
Pergi tinggalkanku…………”

Dear you, aku berharap kamu dapat membaca ini, aku berharap kamu dapat memahami apa maksudku dan dapat mengerti apa yang tengah aku rasakan sampai detik ini. Namun bila pun tidak, itu tak mengapa, hanya saja mungkin perih ini nampak nya akan berlebih.
Aku terluka, sebab dengan caramu yang seperti ini mampu mematahkan sayapku, hingga mampu menyita senyumku menjadi kelabu.
Ini kali kedua aku terluka oleh orang yang terlanjur aku sayangi setulus hati. Dan diluar dugaanku, ternyata seorang pria sepertimu mampu membuatku kecewa hingga seperih ini.
Dan kau pun tahu, bahwa tak ada manusia yang sempurna di dunia ini, pun begitu juga denganku. Kamu yang tadinya aku harapkan dapat menyempurnakan aku, namun nyata nya justru membuat pupus harapanku akan sebuah cinta sejati.
Pahit memang aku akui, namun aku tak bisa membencimu duhai pria yang telah membuat aku terluka dan kecewa bahkan sering nya membuat perasaanku berbunga tak menentu.
Kau tahu? bahkan dalam detik ini pun bisa – bisa nya bayangmu masih terngiang hadir bersama dengan kenangan manis yang pernah kurasa. Meski sejujur nya aku masih tak percaya dan belum dapat menerima duka ini, namun beginilah ada nya.
Mau dikatakan apa lagi?
Berharap lukaku ini akan segera terobati, entah dengan cara yang seperti apa.
Salam pilu penuh harap,
Dina Mitsalina

Selasa, 07 Juli 2015

Tentang Tadi Malam ( TTM )




Selamat Malam…………”
Malam ini aku kembali tertegun, bukan tanpa sebab, melainkan rasa ini muncul karena ada nya kesalahan yang telah aku buat sendiri. Sesalku ini rasanya tak berkesudahan, sama seperti sedihku yang terkadang terbalut dan tertutupi oleh bahagiaku. Begitu, dan begitulah seterus nya yang hingga detik ini kurasakan. Memang aku akui akulah yang bersalah. Namun aku begini pun bukan tanpa sebab. Melainkan ada sebab nya aku begini…………”
Menjelaskan ini secara detail pun tampak nya sulit bagiku. Tak mudah mengartikan semua ini, terlebih belum tentu orang lain mampu mengerti dan memahami tentang ini. Tentang rasa yang terkadang jelas kadang pula tak menentu, hingga terkadang aku takut rasa ini kian tak pasti kemana arah dan tujuan nya akan berlabuh.
Pada malam ini, lagi – lagi aku merasakan kegundahan. Antara bimbang, dilema, dan harap – harap cemas bercampur menjadi satu. Dan, pasrah hanya kepada – Nya memang adalah jalan yang terbaik, namun sebagai seorang manusia biasa, sudah selayak nya aku  harus senantiasa berikhtiar dan berdo’a sebelum akhir nya aku memasrahkan ini semua. Akan tetapi,  entah mengapa lagi – lagi lewat bayang – bayang mimpi dalam tidur lelapku selalu saja mampu mencampur  - adukan segala apa yang aku rasakan hingga selalu saja menghinggapi pikiranku ini.
Terkadang aku berpikiran kalau aku ini aneh, yaa mungkin memang aneh. Sudah tahu bahwa ini tak baik untukku, tapi masih saja aku bersikeras bertahan. Entah apa yang sedari tadi aku bicarakan ini ~
Mungkin hanya segelintir orang yang mengerti hingga mampu memahami tentang semua ini.
Malam ini, rasa nya sedihku tak dapat tertahankan, hingga rasa nya sulit bagiku untuk menceritakan ini secara detail lewat alunan kata – kata. Bak sedang terombang – ambing dalam lautan gelombang. Aku takut, aku takut terjatuh dan tenggelam, aku takut tersesat dan terbawa deras nya arus gelombang yang menghanyutkan, aku takut…………”
Namun lagi – lagi aku kembali tersadarkan, bahwa aku tak pernah sendirian. Selalu ada Allah yang senantisa mengiringi gerak langkahku, ini. Dan, lewat segala petunjuk yang telah diberikan-Nya, aku  bersyukur bahwa sedetik pun diri ini tak pernah kehilangan kehadiran-Nya dalam setiap arah langkahku, dimanapun aku berada. Sebab, aku yakin bahwa selama aku tetap taat kepada-Nya, sekalipun aku duduk dalam gelap, Tuhan akan selalu menerangi langkah kakiku ini.
Aku bersyukur, bahwa dalam keadaan terjepit seperti ini pun, karunia dari-Nya tak pernah putus kurasakan. Dengan cara apapun, Tuhan selalu membawakan hamba nya pada suatu celah kebhagiaan dan kecukupan, tak peduli seberapa besar atau kecil nya itu. Dengan mensyukuri apa – apa yang telah diberikan-Nya, maka segala nya akan lebih baik, bahkan akan terasa lebih indah bila kita benar – benar mampu mensyukurinya.
Jadilah manusia yang tahu diri…………”
Apabila kita menginginkan hak – hak kita terpenuhi, maka tunaikan dulu kewajibanmu. Sebab itulah point penting nya. Dan apabila kita telah melaksanakan segala apa – apa yang diperintahkan-Nya dengan maksimal, maka kita akan menjadi jiwa – jiwa yang tenang. Yaa, sebuah ketenangan batin yang akan kita dapatkan.
Maka, bersyukurlah dan tunaikanlah kewajiban yang harus kau penuhi. Sebab, dalam QS. 51 : 56 telah jelas ada nya bahwa esensi atau tujuan  dari diciptakannya kita di muka bumi ini tak lain dan tidak bukan hanyalah untuk senantiasa mengabdi hanya kepada-Nya. Dan, tidak ada Ilah – Ilah yang lain yang kita ibadati selain Allah SWT, Robbul Alamin, Tuhan Semesta Alam.
Mari bangun, bangun dan bergegaslah. Sebab adakala nya diam itu tak selalu berarti emas. Ada saat dimana memang kita lebih baik diam, dan ada pula saat dimana kita harus bersegera bangkit, bergerak, dan bergegas!
Hidup ini selalu penuh dengan pilihan, seperti yang telah dijelaskan-Nya dalam QS. 90 : 10 tentang 2 jalan. Yaa, hanya ada 2 jalan, yakni jalan kebenaran dan jalan kebathilan. Tinggal kita lah yang memilih ini semua.
Maka, berhati – hatilah dalam melangkah, jangan sampai dirimu justru terjerumus dalam jalan yang salah, hingga terjebak di dalam nya. Aku pun tak ingin salah dalam melangkah. Berharap  Allah senantiasa membimbing diri ini dalam melangkah ke depan.
Tetap Semangat!
Lakukanlah apa yang masih bisa kau lakukan, selama itu baik dan membawa manfaat serta keberkahan. Lakukanlah hal – hal baru yang mungkin bisa kau lakukan selama itu baik untukmu dan untuk orang lain.
“ Apa salah nya mencoba sesuatu yang tak mungkin terjadi, tetapi mungkin untuk bisa dicoba dan diwujudkan ? Try it guys! ”
So, Jangan pernah berhenti tuk bereksplorasi :D ~
Berubahlah jika memang itu lebih baik, namun jangan pernah merubah warna asli yang ada pada dirimu. Tak munafik, bahwa ada kala nya aku ingin menjadi seperti orang lain, namun lagi – lagi itu hanya sekedar ambisi sesaatku saja, sebab keinginan yang seperti itu mungkin hanya sebatas acuan agar diriku dapat berubah menjadi lebih baik lagi, akan tidak akan merubah jati diriku yang sebenar nya.
Salam hangat penuh semangat berbalut rindu danketulusan cinta kuucapkan dariku, Dina Mitsalina, teruntuk kamu yang tengah melintas dalam pikiranku hingga detik ini, dan juga spesial teruntuk kalian yang begitu luar  biasa, yang tak mungkin bisa aku deskripsikan satu persatu ada nya.
Jangan lelah menyimpan harap, dan jangan lelah tuk menggapai nya. Tak ada yang sulit, sebab cepat ataupun lambat, kau pun pasti dapat melewati nya dengan segala kemudahan yang kau sendiri mampu dapatkan itu, seiring dengan perjuanganmu tuk mewujudkan itu semua.
 

Minggu, 05 Juli 2015

Aku dan bintang, Untuk Hari Ini dan Selamanya ( ditulis : 31/12/2013 pukul 10:50 )






Embun di pagi hari yang penuh dengan berkah rahmat dan karunia-Nya begitu menyejukkan hati dan menghangatkan pikiranku saat ini. Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Hari demi hari terus berganti diiringi dengan roda waktu yang tak pernah berhenti berputar. Sama halnya dengan karunia Tuhan yang tak pernah putus di setiap detiknya. Membuat diri ini tak pernah berhenti untuk selalu mensyukuri nikmat-Nya yang begitu besar.
Genap enam tahun sudah kepergian Ayahku tercinta untuk selamanya. Tepatnya pada tanggal 21 Desember 2007, aku ingat betul saat itu, pukul empat sore kurang beberapa menit, Waktu Indonesia bagian Barat . Hari itu bertepatan dengan empat hari setelah hari ulangtahunku. Rasanya kebahagiaan di akhir tahun ini dilengkapi oleh duka yang begitu pekat, membuat semuanya terasa mendung, kelabu, dan kosong.
Kala itu, waktu seakan berhenti berputar, semuanya terasa semu bagaikan terlarut dalam alam mimpi. Tak pernah terbayangkan olehku, bahwa pada akhirnya aku harus menerima kenyataan bahwa diriku telah kehilangan seorang “ Pahlawan Super ” dalam keluarga yang begitu kusayangi untuk selama – lamanya.
Begitu banyak cerita di bulan Desember ini, suka – duka bercampur menjadi satu. Menjadikan semangat yang begitu hidup dalam sanubari kalbuku. Bagiku, sosok Ayahku yang kusayangi dan selalu kurindukan adalah bintang terindah dalam hatiku yang tak akan pernah berhenti bersinar, dan tak akan redup oleh dinginnya kegelapan yang datang. Bagaikan sebuah pelita yang terang benderang, beliau seakan menerangi setiap langkahku, dengan langkah pasti yang lurus ke depan, yang dibekali dengan semangat juang yang begitu membara.
Aku menyadari bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya, sesungguhnya kita tidak memiliki sesuatu apapun. Karena pada dasarnya kita hanyalah diberikan amanah-Nya yang merupakan titipan sementara yang kapanpun dapat diambil oleh Yang Maha Kuasa. Sekarang ataupun nanti, hari ini ataupun esok dan seterusnya, siapapun dapat kembali kepada-Nya dan atas kehendak-Nya yang pasti.
Terkadang aku merasakan bagaikan seekor katak yang berada di dalam tempurung. Aku merasa ruang gerakku terbatasi oleh dinding yang begitu besar. Namun persepsi itu rasanya berubah seketika kala hadirnya figur Ayahku yang luar biasa mengerti, selalu memberikan perhatian lebih, dan selalu menyayangi keluarganya. Lewat beliau, aku mampu bermetamorfosis seperti seekor kupu – kupu yang indah, dengan kepakan sayap cantik penuh dengan warna – warni dan hinggap di tempat yang indah penuh dengan kehangatan dan kedamaian.
Aku tak bermaksud untuk berlebih – lebihan dalam mengungkapkan rasa ini, tetapi seperti inilah kenyataan yang kudapatkan dari rasa kasih dan sayang seorang Ayah tercinta. Ya, ketika semua itu telah berlalu menjadi sebuah kenangan yang terbingkai indah dalam ingatanku, akan terasa kekal abadi rasa kehangatan itu. Ketika rasa itu ditafsirkan dengan kata – kata, rasanya sulit untukku berhenti untuk terus mengenagnya dan menyebut namanya dalam ingatan penuh kerinduan yang terus meradang dalam ingatanku. Begitu indah rasanya, saat aku terbuai dalam alunan nada – nada kenangan manis.
Ayahku dalam ingatanku….”
Ayahku adalah figur seorang ayah super hebat, itu menurutku. Beliau lahir di kota Garut, pada tanggal  06 Juni 1958. Begitu luar biasa besar pengaruh yang beliau lahirkan dalam kehidupanku dan keluargaku. Beliau adalah pribadi yang sederhana dan apa adanya, walaupun terkadang memiliki emosi yang cukup labil, tetapi pada kenyataannya tak dapat dipungkiri bahwa bentuk perhatian dan kasih sayang sebagai seorang teman sejati sekaligus seorang Ayah terhebat selalu membuat hari – hariku penuh dengan warna cinta dan kasih sayang. Hangatnya canda dan tawa yang membuatku hampir tak pernah merasa jenuh, takut, sedih, bahkan untuk marah setiap hari.
Aku ingat betul kata – kata ini : “ mana ia tahu, orang tak pernah membaca, mana ia bisa, orang tidak pernah mencoba ”. Kutipan dari kata – kata ayahku ini sebenarnya memiliki arti yang luas dan makna yang luar biasa bila ditela’ah lebih dalam lagi, serta dapat di jadikan bahan renungan yang mampu untuk mengerakkan dan merubah sebuah pribadi  menjadi sesuatu yang baru dan lebih baik lagi.
Ayahku telah mengajarkanku tentang arti kehidupan ini. Beliau tidak pernah mengajarkanku sesuatu yang abu –abu, beliau memngajarkanku untuk membedakan antara yang hitam dengan yang putih. Sehingga tanpa kusadari akhirnya diriku mampu untuk bereksplorasi dengan dibelkali ilmu yang bermanfaat. Karena beliau selalu menjadi sumber inspirasiku, dan aku bangga.
Dukungan moril yang beliau berikan sangat bermanfaat sampai hari ini, dan aku merasakan betul dampaknya. Aku mengerti, bahkan sebenbarnya aku benar – benar menyadari bahwa ayahku pasti memiliki rasa yang sangat lelah dalam menghadapi diriku yang begitu egois bahkan sulit untuk diatur untuk anak seusiaku kala itu. Ditambah lagi beban dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga yang harus mampu bersikap adil dan mampu untuk menempatkan diri, menjalankan amanah dan perannya di ruang lingkup keluarga sebagai seorang imam dalam rumah tangga.
Seringkali aku merasa tak tega saat ayahku harus memutar otak, mengahangatkan suasana hati keluarga, dan bersusah payah untuk mencari nafkah untuk anak dan istri tercinta. Rasanya aku begitu luka saat melihat ayahku bersedih penuh beban yang harus terluapkan. Masih teringat jelas ketika suasana hati beliau penuh dengan luka kepedihan ataupun ketika terbakar oleh amarah, beliau seringkali berbagi cerita dan rasa denganku dan selanjutnya mengajakku untuk berziarah ke makam alm. Kakek dan almh. Nenekku, untuk menenangkan hati dan pikiran. Beliau selau ada untukku, aku sadar betul akan hal itu. Begitu juga dengan diriku, aku selalu berusaha ada untuknya.
Beliau begitu humoris kepada siapapun, termasuk kepada keluarganya. Aku selalu merasakan dalam beberapa waktu di setiap harinya, selalu ada canda dan tawa yang sulit untuk pudar yang beliau hadirkan untuk melengkapi suasana hati yang kadang kelabu tanpa rasa. Bahkan, penyakit diabetes yang sudah cukup lama mengidap beliau, terasa seakan hilang dalam ingatan dan beban pikiran beliau. Beliau selau berusaha untuk menikmati hidupnya yang begitu berarti.
Andai waktu dapat berputar kembali, rasanya aku ingin kembali ke masa itu. Masa dimana aku terbuai lelap dalam indahnya kasih sayang penuh dengan kehangatan seorang Ayah. Tetapi jika aku tetap berusaha keras untuk kembali kepada masa lalu, tentu aku termasuk seorang yang egois. Karena sejatinya roda kehidupan terus berputar, dan jalan hidup ini harus terus mengalir dengan dorongan masa lalu disertai dengan kesadaran akan hari ini dan harapan disertai semangat dan motivasi untuk masa depan.
Ayah, aku merindukanmu….”
Ayah, aku merindukan lembutnya belaianmu, kala aku ingin merasakan ketenangan.
Aku merindukan eratnya dekapanmu, kala aku merasakan ketakuatan.
Aku merindukan hangatnya rasa kasih dan sayangmu yang tak pernah pudar.
Aku merindukan suaramu yang terasa begitu menyejukkan.
Aku merindukan nyanyian dan dongeng yang kau lantunkan sebelum aku tertidur lelap.
Dan, aku merindukan celotehan dan canda – tawamu yang mampu menghidupkan suasana.
Aku merindukan semua kenangan – kenangan yang telah terukir indah, ketika aku belajar menaiki sepeda, tak pernah merasa bosan, ayahku terus mengajarkanku, bahkan saat aku terjatuh, beliau tetap menyemangatiku. Ketika aku mersa kesulitan dalam belajar, ayahku selau berusaha untuk mengajarkanku dengan caranya sendiri. Ketika aku mendapatkan sebuah penghargaan, beliau adalah orang pertama yang begitu merasa bangga denganku. Ketika aku jatuh sakit, beliau adalah orang pertama yang peduli terhadapku dan memberikanku penanganan yang terbaik. Ketika aku hampir diejek temanku, ayahku datang untuk membelaku, bahkan ketika aku harus menangis, beliau langsung menghiburku dan mengapus semua kesedihanku.
Namun, aku pernah membuatnya marah sampai sebuah tamparan mengenai pipiku, aku langsung meledak, aku tahu ayahku begitu marah karena salahku yang sulit untuk diatur. Beberapa saat kemudian beliau langsung meminta maaf dan begitu merasa menyesal dengan perbuatannya. Maafkan aku ayah, telah membuatmu merasa kesal karena tingkahku….”.
Ayah, pesan – pesanmu begitu berarti untukku….”
Sebenarnya, ayahku selalu berpikir realistis ke depan, aku pun baru menyadari saat usiaku semakin bertambah. Mungkin banyak orang yang tidak menyadari akan hal ini karena terselimuti oleh karakternya yang begitu humoris.
Aku baru menyadari bahwa pesan – pesan yang beliau sampaikan harus kulaksanakan untuk hari ini dan selanjutnya dalam menapaki langkahku. Mulai dari tujuan hidupku, cita – cita dan harapan beliau untukku di masa depan, sampai dengan pesan – pesan tentang  seorang pangeran hatiku, kelak di masa depan nanti.
Ayah, aku berjanji untuk tetap konsisten dengan tujuan hidupku ini, aku akan terus berusaha untuk tidak membuat dirimu merasa kecewa, aku janji, dan aku yakin bahwa aku “ Pasti ” Bisa !
Ayah, engkaulah bintang dalam hatiku untuk hari ini, esok, dan seterusnya….”
Mungkin aku merasa begitu muda saat aku harus kehilangan ayahku untuk selamanya, sehingga kala itu aku bagaikan seorang yang kehilangan arah dan kerapkali merasa iri dengan teman – temanku yang masih memiliki orangtua yang lengkap. Aku salah, jika terus meratapi ini semua apalagi harus berlarut dalam kesedihanku. Tetapi, hal sebenarnya yang harus kulakukan adalah mensyukuri atas semua nikmat dan karunia-Nya yang sampai hari ini kurasakan. Termasuk memiliki seorang Ayah yang Super Hebat yang diamanatkan-Nya. Justru aku merasa “ Bangga ”.
Ya, aku merasa bangga memiliki Ayah super hebat, bintang terindah dihatiku. Aku merasa beruntung sempat mersakan sentuhan hangat yang erat lewat beliau. Terimakasih Ayah….”
Aku bangga, menjadi anak yang selalu patuh sampai akhir hayat kehidupan ayahnya, aku ingat betu kata – kata ini : “ Cuma dina, anak bapak yang paling sayang, paling perhatian sama bapak….”.
Dan, masih teringat jelas pesan terakhir beliau di waktu jumat sore yang cerah dan penuh dengan kelabu. Semangat !
“ Setiap yang pergi dan berlalu pasti ada penggantinya ”.
Figur Ayahku takkan tergantikan, namun suatu saat nanti pasti ada seorang pangeran hati yang datang, yang menghapus lukaku dan mengubah kelabu menjadi pelangi yang begitu indah. Aku berharap dia adalah sosok pangeran hati yang mampu menjadi “ Ayah Super Hebat ”. Entah siapapun dia, aku yakin dia mampu melengkapi cerita hidupku di masa yang akan datang.