Sabtu, 11 Juli 2015

K E L A B U K U




Mengapa semuanya seperti ini adanya?



Detik ini, seketika merah jambuku berubah menjadi kelabu. Hingga gemetar yang aku rasakan seiring dengan deras nya setiap tetesan air mata ini tak mampu lagi tertahankan. Sebenar nya detik ini bukan kelabu yang ingin aku tuliskan, namun mengapa justru kenyataan nya seperti ini. Ini diluar dari apa yang aku perkirakan. Aku pun tak mengerti, tak mengerti, sungguh aku tak mengerti.
Tuhan, mengapa ini terasa amat memilukan? Aku merasa hancur berantakan. Bukan yang seperti ini yang aku harapkan, bukan. Dan air mataku tak dapat terbendung lagi hingga detik ini.
Beberapa detik lalu, aku yang tanpa sengaja membaca rangkaian sebuah tulisan pada sebuah blog yang tanpa sengaja terbuka membuatku tertarik tuk membaca nya. Kata demi kata yang dia tuliskan aku baca dengan sangat hati –hati. Tentunya dengan perasaan yang tak menentu. Sampai pada di akhir tulisan nya, rasa nya aku seperti tertusuk oleh sesuatu yang seketika menyesakkan dada ini, dan ini teramat sesak aku rasakan.
Tak sanggup rasa nya aku menerima kenyataan sepahit ini.
Apa yang aku khawatirkan terjadi…………..”
Benarkah bahwa ternyata bukan aku?
Bukan aku?
Lalu, mengapa sedari dulu ketika hari berganti hari, minggu dan bulan silih berganti kau hampir selalu membuatku terbang melambung  tinggi? Mengapa? Bisakah dirimu menjelaskan tentang ini? BISAKAH??????
Rasa nya aku ingin berteriak di telingamu dan mengatakan “ KAMU JAHAT ! ”
Tega nya kamu membuatku semakin hari semakin terbang tinggi hingga kemudian dengan mudah nya dirimu menghempaskan diriku ke palung terdalam.
Tadi nya aku pikir bahwa setiap frekuensi pertemuan kita ini adalah bagian dari sesuatu yang disebut fitrah nya sebuah cinta. Tadi nya pula aku berpikir bahwa setiap apa yang kita perbincangkan dari waktu ke waktu adalah bagian dari skenario indah-Nya dalam mempersatukan kita dalam satu ikatan suci. Namun, apakah kenyataan nya seperih ini kah? Aku sungguh tak sanggup, tak sanggup…………”
Dua hari lalu aku pernah menangis terharu karna prasangkaanku sendiri terhadapmu. Namun, detik ini aku menangis penuh duka karna luka yang kau goreskan melalui celotehanmu. Meskipun aku tak tahu pasti siapa gerangan wanita yang kau maksud, namun itu amat menyakitkan bagiku.
Detik ini, sekertika air mataku tertahankan. Entahlah ~
Tangis yang tadi sempat pecah tiba – tiba terhenti karna pikiranku yang mulai bercampur – aduk tak karuan. Mengingat setiap detik yang telah berlalu dimana aku mengakui bahwa detik itu manis ada nya.  Namun, mengapa harus kau buat buyar semua rasa ini? Mengapa? Mengapaaaaaa?

AKU HANYALAH MANUSIA BIASA !!
Aku memiliki perasaan yang memang layak nya manusia biasa. Mungkin aku yang terlalu berlebihan hingga detik ini. Namun, mengapa dahulu kau yang memulai nya? Mengapaaaaaa?
Aku yang awal nya tak mengenalmu secara detail, mengapa dapat dengan cepat nya tertarik padamu? Bukankah kau juga yang memulai nya? Tidak ingatkah dirimu wahai laki – laki yang beberapa jam  tadi selalu aku harapkan akan menjadi pangeranku kelak? Maafkan apabila kata – kataku ini terlalu menyudutkan. Sebab aku kecewa………..”
Lebih tepat nya aku terluka. Mungkin aku yang salah. Sebab, mungkin aku salah dalam mengartikan ini semua. Mungkin aku salah dalam mengartikan setiap getar yang kau berikan padaku ini, hingga aku menangkap nya sebagai getaran cinta, namun pahit nya aku rasakan ketika sekarang aku menyadari bahwa mungkin bukan seperti dugaanku semula.
Tuhan, mengapa begini jadi nya?
Benarkah bahwa memang dia bukanlah untukku? Sejujurnya aku sulit untuk menerima ini.

§  Seandainya dirinya tahu bahwa dalam setiap harap – harap cemasku selalu terselipkan namanya selalu.
§  Seandainya dirinya tahu, bahwa diri nya lah sosok pria yang hingga beberapa waktu tadi selalu aku harapkan untuk menjadi pangeranku kelak.
§  Seandainya dirinya tahu bahwa seringkali bayang nya muncul dalam mimpi indahku.
§  Seandainya dirinya tahu bahwa aku yang selalu mencoba menjaga dan mempertahankan rasa ini agar tetap manis sampai tiba sa’ah nya nanti.
§  Seandainya dirinya tahu betapa lewat dirinya lah aku bisa tetap selalu tersenyum dan bersemangat menjalani kehidupan hingga perlahan dapat berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi.
§  Seandainya dirinya tahu betapa bahagia nya aku ketika mampu menyapaikan apa yang tengah aku rasakan pada nya.
§  Seandainya dirinya tahu bahwa tiap bertambah nya waktu seiring setiap langkah yang aku tempuh, aku selalu memiliki celah untuk selalu merindukannya.
§  Seandainya dirinya tahu bahwa aku telah merelakan pria lain demi memberikan ruang besar teruntuk dirinya seorang yang aku harapkan menjadi pangeranku kelak.
§  Seandainya dirinya tahu betapa berwarna nya suasana hatiku ketika selalu menantinya untukku kelak.
§  Seandainya dirinya tahu betapa aku selalu melihat sosok ayahku yang telah lama tiada, ada pada dirinya.
§  Seandainya dirinya tahu betapa aku ingin bersamanya.
§  Dan seandainya dirinya tahu bahwa aku menuliskan apa yang aku rasakan ini adalah tentang dirinya, bukan tentang pria lain.

Namun, mengapa seketika semua nya seakan semu? Ini menyesakkanku. Ketika kudapati ternyata harapan ini tak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Apakah hanya akulah seorang yang tengah bermimpi dalam lamunan panjang ini?
Perih…………”
Mengapa semua nya menjadi serumit ini? Sejujur nya aku tak mengharapkan yang seperti ini terjadi. Aku tak sanggup menerima kekecewaan ini.

Sayapku seakan patah.

Tak ku mengerti, mengapa begini?
Waktu dulu ku tak pernah merindu,
Tapi saat semuanya berubah,
Kau jauh dariku,
Pergi tinggalkanku…………”

Dear you, aku berharap kamu dapat membaca ini, aku berharap kamu dapat memahami apa maksudku dan dapat mengerti apa yang tengah aku rasakan sampai detik ini. Namun bila pun tidak, itu tak mengapa, hanya saja mungkin perih ini nampak nya akan berlebih.
Aku terluka, sebab dengan caramu yang seperti ini mampu mematahkan sayapku, hingga mampu menyita senyumku menjadi kelabu.
Ini kali kedua aku terluka oleh orang yang terlanjur aku sayangi setulus hati. Dan diluar dugaanku, ternyata seorang pria sepertimu mampu membuatku kecewa hingga seperih ini.
Dan kau pun tahu, bahwa tak ada manusia yang sempurna di dunia ini, pun begitu juga denganku. Kamu yang tadinya aku harapkan dapat menyempurnakan aku, namun nyata nya justru membuat pupus harapanku akan sebuah cinta sejati.
Pahit memang aku akui, namun aku tak bisa membencimu duhai pria yang telah membuat aku terluka dan kecewa bahkan sering nya membuat perasaanku berbunga tak menentu.
Kau tahu? bahkan dalam detik ini pun bisa – bisa nya bayangmu masih terngiang hadir bersama dengan kenangan manis yang pernah kurasa. Meski sejujur nya aku masih tak percaya dan belum dapat menerima duka ini, namun beginilah ada nya.
Mau dikatakan apa lagi?
Berharap lukaku ini akan segera terobati, entah dengan cara yang seperti apa.
Salam pilu penuh harap,
Dina Mitsalina

Tidak ada komentar:

Posting Komentar