Minggu, 05 Juli 2015

Aku dan bintang, Untuk Hari Ini dan Selamanya ( ditulis : 31/12/2013 pukul 10:50 )






Embun di pagi hari yang penuh dengan berkah rahmat dan karunia-Nya begitu menyejukkan hati dan menghangatkan pikiranku saat ini. Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Hari demi hari terus berganti diiringi dengan roda waktu yang tak pernah berhenti berputar. Sama halnya dengan karunia Tuhan yang tak pernah putus di setiap detiknya. Membuat diri ini tak pernah berhenti untuk selalu mensyukuri nikmat-Nya yang begitu besar.
Genap enam tahun sudah kepergian Ayahku tercinta untuk selamanya. Tepatnya pada tanggal 21 Desember 2007, aku ingat betul saat itu, pukul empat sore kurang beberapa menit, Waktu Indonesia bagian Barat . Hari itu bertepatan dengan empat hari setelah hari ulangtahunku. Rasanya kebahagiaan di akhir tahun ini dilengkapi oleh duka yang begitu pekat, membuat semuanya terasa mendung, kelabu, dan kosong.
Kala itu, waktu seakan berhenti berputar, semuanya terasa semu bagaikan terlarut dalam alam mimpi. Tak pernah terbayangkan olehku, bahwa pada akhirnya aku harus menerima kenyataan bahwa diriku telah kehilangan seorang “ Pahlawan Super ” dalam keluarga yang begitu kusayangi untuk selama – lamanya.
Begitu banyak cerita di bulan Desember ini, suka – duka bercampur menjadi satu. Menjadikan semangat yang begitu hidup dalam sanubari kalbuku. Bagiku, sosok Ayahku yang kusayangi dan selalu kurindukan adalah bintang terindah dalam hatiku yang tak akan pernah berhenti bersinar, dan tak akan redup oleh dinginnya kegelapan yang datang. Bagaikan sebuah pelita yang terang benderang, beliau seakan menerangi setiap langkahku, dengan langkah pasti yang lurus ke depan, yang dibekali dengan semangat juang yang begitu membara.
Aku menyadari bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya, sesungguhnya kita tidak memiliki sesuatu apapun. Karena pada dasarnya kita hanyalah diberikan amanah-Nya yang merupakan titipan sementara yang kapanpun dapat diambil oleh Yang Maha Kuasa. Sekarang ataupun nanti, hari ini ataupun esok dan seterusnya, siapapun dapat kembali kepada-Nya dan atas kehendak-Nya yang pasti.
Terkadang aku merasakan bagaikan seekor katak yang berada di dalam tempurung. Aku merasa ruang gerakku terbatasi oleh dinding yang begitu besar. Namun persepsi itu rasanya berubah seketika kala hadirnya figur Ayahku yang luar biasa mengerti, selalu memberikan perhatian lebih, dan selalu menyayangi keluarganya. Lewat beliau, aku mampu bermetamorfosis seperti seekor kupu – kupu yang indah, dengan kepakan sayap cantik penuh dengan warna – warni dan hinggap di tempat yang indah penuh dengan kehangatan dan kedamaian.
Aku tak bermaksud untuk berlebih – lebihan dalam mengungkapkan rasa ini, tetapi seperti inilah kenyataan yang kudapatkan dari rasa kasih dan sayang seorang Ayah tercinta. Ya, ketika semua itu telah berlalu menjadi sebuah kenangan yang terbingkai indah dalam ingatanku, akan terasa kekal abadi rasa kehangatan itu. Ketika rasa itu ditafsirkan dengan kata – kata, rasanya sulit untukku berhenti untuk terus mengenagnya dan menyebut namanya dalam ingatan penuh kerinduan yang terus meradang dalam ingatanku. Begitu indah rasanya, saat aku terbuai dalam alunan nada – nada kenangan manis.
Ayahku dalam ingatanku….”
Ayahku adalah figur seorang ayah super hebat, itu menurutku. Beliau lahir di kota Garut, pada tanggal  06 Juni 1958. Begitu luar biasa besar pengaruh yang beliau lahirkan dalam kehidupanku dan keluargaku. Beliau adalah pribadi yang sederhana dan apa adanya, walaupun terkadang memiliki emosi yang cukup labil, tetapi pada kenyataannya tak dapat dipungkiri bahwa bentuk perhatian dan kasih sayang sebagai seorang teman sejati sekaligus seorang Ayah terhebat selalu membuat hari – hariku penuh dengan warna cinta dan kasih sayang. Hangatnya canda dan tawa yang membuatku hampir tak pernah merasa jenuh, takut, sedih, bahkan untuk marah setiap hari.
Aku ingat betul kata – kata ini : “ mana ia tahu, orang tak pernah membaca, mana ia bisa, orang tidak pernah mencoba ”. Kutipan dari kata – kata ayahku ini sebenarnya memiliki arti yang luas dan makna yang luar biasa bila ditela’ah lebih dalam lagi, serta dapat di jadikan bahan renungan yang mampu untuk mengerakkan dan merubah sebuah pribadi  menjadi sesuatu yang baru dan lebih baik lagi.
Ayahku telah mengajarkanku tentang arti kehidupan ini. Beliau tidak pernah mengajarkanku sesuatu yang abu –abu, beliau memngajarkanku untuk membedakan antara yang hitam dengan yang putih. Sehingga tanpa kusadari akhirnya diriku mampu untuk bereksplorasi dengan dibelkali ilmu yang bermanfaat. Karena beliau selalu menjadi sumber inspirasiku, dan aku bangga.
Dukungan moril yang beliau berikan sangat bermanfaat sampai hari ini, dan aku merasakan betul dampaknya. Aku mengerti, bahkan sebenbarnya aku benar – benar menyadari bahwa ayahku pasti memiliki rasa yang sangat lelah dalam menghadapi diriku yang begitu egois bahkan sulit untuk diatur untuk anak seusiaku kala itu. Ditambah lagi beban dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga yang harus mampu bersikap adil dan mampu untuk menempatkan diri, menjalankan amanah dan perannya di ruang lingkup keluarga sebagai seorang imam dalam rumah tangga.
Seringkali aku merasa tak tega saat ayahku harus memutar otak, mengahangatkan suasana hati keluarga, dan bersusah payah untuk mencari nafkah untuk anak dan istri tercinta. Rasanya aku begitu luka saat melihat ayahku bersedih penuh beban yang harus terluapkan. Masih teringat jelas ketika suasana hati beliau penuh dengan luka kepedihan ataupun ketika terbakar oleh amarah, beliau seringkali berbagi cerita dan rasa denganku dan selanjutnya mengajakku untuk berziarah ke makam alm. Kakek dan almh. Nenekku, untuk menenangkan hati dan pikiran. Beliau selau ada untukku, aku sadar betul akan hal itu. Begitu juga dengan diriku, aku selalu berusaha ada untuknya.
Beliau begitu humoris kepada siapapun, termasuk kepada keluarganya. Aku selalu merasakan dalam beberapa waktu di setiap harinya, selalu ada canda dan tawa yang sulit untuk pudar yang beliau hadirkan untuk melengkapi suasana hati yang kadang kelabu tanpa rasa. Bahkan, penyakit diabetes yang sudah cukup lama mengidap beliau, terasa seakan hilang dalam ingatan dan beban pikiran beliau. Beliau selau berusaha untuk menikmati hidupnya yang begitu berarti.
Andai waktu dapat berputar kembali, rasanya aku ingin kembali ke masa itu. Masa dimana aku terbuai lelap dalam indahnya kasih sayang penuh dengan kehangatan seorang Ayah. Tetapi jika aku tetap berusaha keras untuk kembali kepada masa lalu, tentu aku termasuk seorang yang egois. Karena sejatinya roda kehidupan terus berputar, dan jalan hidup ini harus terus mengalir dengan dorongan masa lalu disertai dengan kesadaran akan hari ini dan harapan disertai semangat dan motivasi untuk masa depan.
Ayah, aku merindukanmu….”
Ayah, aku merindukan lembutnya belaianmu, kala aku ingin merasakan ketenangan.
Aku merindukan eratnya dekapanmu, kala aku merasakan ketakuatan.
Aku merindukan hangatnya rasa kasih dan sayangmu yang tak pernah pudar.
Aku merindukan suaramu yang terasa begitu menyejukkan.
Aku merindukan nyanyian dan dongeng yang kau lantunkan sebelum aku tertidur lelap.
Dan, aku merindukan celotehan dan canda – tawamu yang mampu menghidupkan suasana.
Aku merindukan semua kenangan – kenangan yang telah terukir indah, ketika aku belajar menaiki sepeda, tak pernah merasa bosan, ayahku terus mengajarkanku, bahkan saat aku terjatuh, beliau tetap menyemangatiku. Ketika aku mersa kesulitan dalam belajar, ayahku selau berusaha untuk mengajarkanku dengan caranya sendiri. Ketika aku mendapatkan sebuah penghargaan, beliau adalah orang pertama yang begitu merasa bangga denganku. Ketika aku jatuh sakit, beliau adalah orang pertama yang peduli terhadapku dan memberikanku penanganan yang terbaik. Ketika aku hampir diejek temanku, ayahku datang untuk membelaku, bahkan ketika aku harus menangis, beliau langsung menghiburku dan mengapus semua kesedihanku.
Namun, aku pernah membuatnya marah sampai sebuah tamparan mengenai pipiku, aku langsung meledak, aku tahu ayahku begitu marah karena salahku yang sulit untuk diatur. Beberapa saat kemudian beliau langsung meminta maaf dan begitu merasa menyesal dengan perbuatannya. Maafkan aku ayah, telah membuatmu merasa kesal karena tingkahku….”.
Ayah, pesan – pesanmu begitu berarti untukku….”
Sebenarnya, ayahku selalu berpikir realistis ke depan, aku pun baru menyadari saat usiaku semakin bertambah. Mungkin banyak orang yang tidak menyadari akan hal ini karena terselimuti oleh karakternya yang begitu humoris.
Aku baru menyadari bahwa pesan – pesan yang beliau sampaikan harus kulaksanakan untuk hari ini dan selanjutnya dalam menapaki langkahku. Mulai dari tujuan hidupku, cita – cita dan harapan beliau untukku di masa depan, sampai dengan pesan – pesan tentang  seorang pangeran hatiku, kelak di masa depan nanti.
Ayah, aku berjanji untuk tetap konsisten dengan tujuan hidupku ini, aku akan terus berusaha untuk tidak membuat dirimu merasa kecewa, aku janji, dan aku yakin bahwa aku “ Pasti ” Bisa !
Ayah, engkaulah bintang dalam hatiku untuk hari ini, esok, dan seterusnya….”
Mungkin aku merasa begitu muda saat aku harus kehilangan ayahku untuk selamanya, sehingga kala itu aku bagaikan seorang yang kehilangan arah dan kerapkali merasa iri dengan teman – temanku yang masih memiliki orangtua yang lengkap. Aku salah, jika terus meratapi ini semua apalagi harus berlarut dalam kesedihanku. Tetapi, hal sebenarnya yang harus kulakukan adalah mensyukuri atas semua nikmat dan karunia-Nya yang sampai hari ini kurasakan. Termasuk memiliki seorang Ayah yang Super Hebat yang diamanatkan-Nya. Justru aku merasa “ Bangga ”.
Ya, aku merasa bangga memiliki Ayah super hebat, bintang terindah dihatiku. Aku merasa beruntung sempat mersakan sentuhan hangat yang erat lewat beliau. Terimakasih Ayah….”
Aku bangga, menjadi anak yang selalu patuh sampai akhir hayat kehidupan ayahnya, aku ingat betu kata – kata ini : “ Cuma dina, anak bapak yang paling sayang, paling perhatian sama bapak….”.
Dan, masih teringat jelas pesan terakhir beliau di waktu jumat sore yang cerah dan penuh dengan kelabu. Semangat !
“ Setiap yang pergi dan berlalu pasti ada penggantinya ”.
Figur Ayahku takkan tergantikan, namun suatu saat nanti pasti ada seorang pangeran hati yang datang, yang menghapus lukaku dan mengubah kelabu menjadi pelangi yang begitu indah. Aku berharap dia adalah sosok pangeran hati yang mampu menjadi “ Ayah Super Hebat ”. Entah siapapun dia, aku yakin dia mampu melengkapi cerita hidupku di masa yang akan datang.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar