Embun di pagi hari yang
penuh dengan berkah rahmat dan karunia-Nya begitu menyejukkan hati dan
menghangatkan pikiranku saat ini. Tak terasa, waktu begitu cepat berlalu. Hari
demi hari terus berganti diiringi dengan roda waktu yang tak pernah berhenti
berputar. Sama halnya dengan karunia Tuhan yang tak pernah putus di setiap
detiknya. Membuat diri ini tak pernah berhenti untuk selalu mensyukuri
nikmat-Nya yang begitu besar.
Genap enam tahun sudah
kepergian Ayahku tercinta untuk selamanya. Tepatnya pada tanggal 21 Desember
2007, aku ingat betul saat itu, pukul empat sore kurang beberapa menit, Waktu
Indonesia bagian Barat . Hari itu bertepatan dengan empat hari setelah hari
ulangtahunku. Rasanya kebahagiaan di akhir tahun ini dilengkapi oleh duka yang
begitu pekat, membuat semuanya terasa mendung, kelabu, dan kosong.
Kala itu, waktu seakan
berhenti berputar, semuanya terasa semu bagaikan terlarut dalam alam mimpi. Tak
pernah terbayangkan olehku, bahwa pada akhirnya aku harus menerima kenyataan
bahwa diriku telah kehilangan seorang “ Pahlawan Super ” dalam keluarga yang
begitu kusayangi untuk selama – lamanya.
Begitu banyak cerita di
bulan Desember ini, suka – duka bercampur menjadi satu. Menjadikan semangat
yang begitu hidup dalam sanubari kalbuku. Bagiku, sosok Ayahku yang kusayangi
dan selalu kurindukan adalah bintang terindah dalam hatiku yang tak akan pernah
berhenti bersinar, dan tak akan redup oleh dinginnya kegelapan yang datang.
Bagaikan sebuah pelita yang terang benderang, beliau seakan menerangi setiap
langkahku, dengan langkah pasti yang lurus ke depan, yang dibekali dengan semangat
juang yang begitu membara.
Aku menyadari bahwa
segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya, sesungguhnya kita tidak memiliki sesuatu
apapun. Karena pada dasarnya kita hanyalah diberikan amanah-Nya yang merupakan
titipan sementara yang kapanpun dapat diambil oleh Yang Maha Kuasa. Sekarang
ataupun nanti, hari ini ataupun esok dan seterusnya, siapapun dapat kembali
kepada-Nya dan atas kehendak-Nya yang pasti.
Terkadang aku merasakan
bagaikan seekor katak yang berada di dalam tempurung. Aku merasa ruang gerakku
terbatasi oleh dinding yang begitu besar. Namun persepsi itu rasanya berubah
seketika kala hadirnya figur Ayahku yang luar biasa mengerti, selalu memberikan
perhatian lebih, dan selalu menyayangi keluarganya. Lewat beliau, aku mampu
bermetamorfosis seperti seekor kupu – kupu yang indah, dengan kepakan sayap
cantik penuh dengan warna – warni dan hinggap di tempat yang indah penuh dengan
kehangatan dan kedamaian.
Aku tak bermaksud untuk
berlebih – lebihan dalam mengungkapkan rasa ini, tetapi seperti inilah
kenyataan yang kudapatkan dari rasa kasih dan sayang seorang Ayah tercinta. Ya,
ketika semua itu telah berlalu menjadi sebuah kenangan yang terbingkai indah
dalam ingatanku, akan terasa kekal abadi rasa kehangatan itu. Ketika rasa itu
ditafsirkan dengan kata – kata, rasanya sulit untukku berhenti untuk terus
mengenagnya dan menyebut namanya dalam ingatan penuh kerinduan yang terus meradang
dalam ingatanku. Begitu indah rasanya, saat aku terbuai dalam alunan nada –
nada kenangan manis.
Ayahku
dalam ingatanku….”
Ayahku adalah figur
seorang ayah super hebat, itu menurutku. Beliau lahir di kota Garut, pada
tanggal 06 Juni 1958. Begitu luar biasa
besar pengaruh yang beliau lahirkan dalam kehidupanku dan keluargaku. Beliau
adalah pribadi yang sederhana dan apa adanya, walaupun terkadang memiliki emosi
yang cukup labil, tetapi pada kenyataannya tak dapat dipungkiri bahwa bentuk
perhatian dan kasih sayang sebagai seorang teman sejati sekaligus seorang Ayah
terhebat selalu membuat hari – hariku penuh dengan warna cinta dan kasih
sayang. Hangatnya canda dan tawa yang membuatku hampir tak pernah merasa jenuh,
takut, sedih, bahkan untuk marah setiap hari.
Aku ingat betul kata –
kata ini : “ mana ia tahu, orang tak pernah membaca, mana ia bisa, orang tidak
pernah mencoba ”. Kutipan dari kata – kata ayahku ini sebenarnya memiliki arti
yang luas dan makna yang luar biasa bila ditela’ah lebih dalam lagi, serta
dapat di jadikan bahan renungan yang mampu untuk mengerakkan dan merubah sebuah
pribadi menjadi sesuatu yang baru dan
lebih baik lagi.
Ayahku telah
mengajarkanku tentang arti kehidupan ini. Beliau tidak pernah mengajarkanku
sesuatu yang abu –abu, beliau memngajarkanku untuk membedakan antara yang hitam
dengan yang putih. Sehingga tanpa kusadari akhirnya diriku mampu untuk
bereksplorasi dengan dibelkali ilmu yang bermanfaat. Karena beliau selalu
menjadi sumber inspirasiku, dan aku bangga.
Dukungan moril yang
beliau berikan sangat bermanfaat sampai hari ini, dan aku merasakan betul
dampaknya. Aku mengerti, bahkan sebenbarnya aku benar – benar menyadari bahwa
ayahku pasti memiliki rasa yang sangat lelah dalam menghadapi diriku yang
begitu egois bahkan sulit untuk diatur untuk anak seusiaku kala itu. Ditambah
lagi beban dan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga yang harus mampu
bersikap adil dan mampu untuk menempatkan diri, menjalankan amanah dan perannya
di ruang lingkup keluarga sebagai seorang imam dalam rumah tangga.
Seringkali aku merasa
tak tega saat ayahku harus memutar otak, mengahangatkan suasana hati keluarga,
dan bersusah payah untuk mencari nafkah untuk anak dan istri tercinta. Rasanya
aku begitu luka saat melihat ayahku bersedih penuh beban yang harus terluapkan.
Masih teringat jelas ketika suasana hati beliau penuh dengan luka kepedihan
ataupun ketika terbakar oleh amarah, beliau seringkali berbagi cerita dan rasa
denganku dan selanjutnya mengajakku untuk berziarah ke makam alm. Kakek dan
almh. Nenekku, untuk menenangkan hati dan pikiran. Beliau selau ada untukku,
aku sadar betul akan hal itu. Begitu juga dengan diriku, aku selalu berusaha
ada untuknya.
Beliau begitu humoris
kepada siapapun, termasuk kepada keluarganya. Aku selalu merasakan dalam
beberapa waktu di setiap harinya, selalu ada canda dan tawa yang sulit untuk
pudar yang beliau hadirkan untuk melengkapi suasana hati yang kadang kelabu
tanpa rasa. Bahkan, penyakit diabetes yang sudah cukup lama mengidap beliau,
terasa seakan hilang dalam ingatan dan beban pikiran beliau. Beliau selau
berusaha untuk menikmati hidupnya yang begitu berarti.
Andai waktu dapat
berputar kembali, rasanya aku ingin kembali ke masa itu. Masa dimana aku
terbuai lelap dalam indahnya kasih sayang penuh dengan kehangatan seorang Ayah.
Tetapi jika aku tetap berusaha keras untuk kembali kepada masa lalu, tentu aku
termasuk seorang yang egois. Karena sejatinya roda kehidupan terus berputar,
dan jalan hidup ini harus terus mengalir dengan dorongan masa lalu disertai
dengan kesadaran akan hari ini dan harapan disertai semangat dan motivasi untuk
masa depan.
Ayah,
aku merindukanmu….”
Ayah,
aku merindukan lembutnya belaianmu, kala aku ingin merasakan ketenangan.
Aku
merindukan eratnya dekapanmu, kala aku merasakan ketakuatan.
Aku
merindukan hangatnya rasa kasih dan sayangmu yang tak pernah pudar.
Aku
merindukan suaramu yang terasa begitu menyejukkan.
Aku
merindukan nyanyian dan dongeng yang kau lantunkan sebelum aku tertidur lelap.
Dan,
aku merindukan celotehan dan canda – tawamu yang mampu menghidupkan suasana.
Aku merindukan semua
kenangan – kenangan yang telah terukir indah, ketika aku belajar menaiki
sepeda, tak pernah merasa bosan, ayahku terus mengajarkanku, bahkan saat aku
terjatuh, beliau tetap menyemangatiku. Ketika aku mersa kesulitan dalam
belajar, ayahku selau berusaha untuk mengajarkanku dengan caranya sendiri.
Ketika aku mendapatkan sebuah penghargaan, beliau adalah orang pertama yang
begitu merasa bangga denganku. Ketika aku jatuh sakit, beliau adalah orang
pertama yang peduli terhadapku dan memberikanku penanganan yang terbaik. Ketika
aku hampir diejek temanku, ayahku datang untuk membelaku, bahkan ketika aku
harus menangis, beliau langsung menghiburku dan mengapus semua kesedihanku.
Namun, aku pernah
membuatnya marah sampai sebuah tamparan mengenai pipiku, aku langsung meledak,
aku tahu ayahku begitu marah karena salahku yang sulit untuk diatur. Beberapa
saat kemudian beliau langsung meminta maaf dan begitu merasa menyesal dengan perbuatannya.
Maafkan aku ayah, telah membuatmu merasa kesal karena tingkahku….”.
Ayah,
pesan – pesanmu begitu berarti untukku….”
Sebenarnya, ayahku
selalu berpikir realistis ke depan, aku pun baru menyadari saat usiaku semakin
bertambah. Mungkin banyak orang yang tidak menyadari akan hal ini karena
terselimuti oleh karakternya yang begitu humoris.
Aku baru menyadari
bahwa pesan – pesan yang beliau sampaikan harus kulaksanakan untuk hari ini dan
selanjutnya dalam menapaki langkahku. Mulai dari tujuan hidupku, cita – cita
dan harapan beliau untukku di masa depan, sampai dengan pesan – pesan tentang seorang pangeran hatiku, kelak di masa depan
nanti.
Ayah, aku berjanji
untuk tetap konsisten dengan tujuan hidupku ini, aku akan terus berusaha untuk
tidak membuat dirimu merasa kecewa, aku janji, dan aku yakin bahwa aku “ Pasti
” Bisa !
Ayah,
engkaulah bintang dalam hatiku untuk hari ini, esok, dan seterusnya….”
Mungkin aku merasa
begitu muda saat aku harus kehilangan ayahku untuk selamanya, sehingga kala itu
aku bagaikan seorang yang kehilangan arah dan kerapkali merasa iri dengan teman
– temanku yang masih memiliki orangtua yang lengkap. Aku salah, jika terus
meratapi ini semua apalagi harus berlarut dalam kesedihanku. Tetapi, hal sebenarnya
yang harus kulakukan adalah mensyukuri atas semua nikmat dan karunia-Nya yang
sampai hari ini kurasakan. Termasuk memiliki seorang Ayah yang Super Hebat yang
diamanatkan-Nya. Justru aku merasa “ Bangga ”.
Ya, aku merasa bangga
memiliki Ayah super hebat, bintang terindah dihatiku. Aku merasa beruntung
sempat mersakan sentuhan hangat yang erat lewat beliau. Terimakasih Ayah….”
Aku bangga, menjadi
anak yang selalu patuh sampai akhir hayat kehidupan ayahnya, aku ingat betu
kata – kata ini : “ Cuma dina, anak bapak yang paling sayang, paling perhatian
sama bapak….”.
Dan, masih teringat
jelas pesan terakhir beliau di waktu jumat sore yang cerah dan penuh dengan
kelabu. Semangat !
“
Setiap yang pergi dan berlalu pasti ada penggantinya ”.
Figur Ayahku takkan
tergantikan, namun suatu saat nanti pasti ada seorang pangeran hati yang
datang, yang menghapus lukaku dan mengubah kelabu menjadi pelangi yang begitu
indah. Aku berharap dia adalah sosok pangeran hati yang mampu menjadi “ Ayah
Super Hebat ”. Entah siapapun dia, aku yakin dia mampu melengkapi cerita
hidupku di masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar