Mengapa
semuanya seperti ini adanya?
Detik
ini, seketika merah jambuku berubah menjadi kelabu. Hingga gemetar yang aku
rasakan seiring dengan deras nya setiap tetesan air mata ini tak mampu lagi
tertahankan. Sebenar nya detik ini bukan kelabu yang ingin aku tuliskan, namun
mengapa justru kenyataan nya seperti ini. Ini diluar dari apa yang aku
perkirakan. Aku pun tak mengerti, tak mengerti, sungguh aku tak mengerti.
Tuhan,
mengapa ini terasa amat memilukan? Aku merasa hancur berantakan. Bukan yang
seperti ini yang aku harapkan, bukan. Dan air mataku tak dapat terbendung lagi hingga
detik ini.
Beberapa
detik lalu, aku yang tanpa sengaja membaca rangkaian sebuah tulisan pada sebuah
blog yang tanpa sengaja terbuka membuatku tertarik tuk membaca nya. Kata demi
kata yang dia tuliskan aku baca dengan sangat hati –hati. Tentunya dengan
perasaan yang tak menentu. Sampai pada di akhir tulisan nya, rasa nya aku
seperti tertusuk oleh sesuatu yang seketika menyesakkan dada ini, dan ini
teramat sesak aku rasakan.
Tak
sanggup rasa nya aku menerima kenyataan sepahit ini.
Apa yang aku khawatirkan
terjadi…………..”
Benarkah bahwa ternyata
bukan aku?
Bukan aku?
Lalu,
mengapa sedari dulu ketika hari berganti hari, minggu dan bulan silih berganti
kau hampir selalu membuatku terbang melambung
tinggi? Mengapa? Bisakah dirimu menjelaskan tentang ini? BISAKAH??????
Rasa
nya aku ingin berteriak di telingamu dan mengatakan “ KAMU JAHAT ! ”
Tega
nya kamu membuatku semakin hari semakin terbang tinggi hingga kemudian dengan
mudah nya dirimu menghempaskan diriku ke palung terdalam.
Tadi
nya aku pikir bahwa setiap frekuensi pertemuan kita ini adalah bagian dari
sesuatu yang disebut fitrah nya sebuah cinta. Tadi nya pula aku berpikir bahwa setiap apa yang
kita perbincangkan dari waktu ke waktu adalah bagian dari skenario indah-Nya
dalam mempersatukan kita dalam satu ikatan suci. Namun, apakah kenyataan nya
seperih ini kah? Aku sungguh tak sanggup, tak sanggup…………”
Dua
hari lalu aku pernah menangis terharu karna prasangkaanku sendiri terhadapmu.
Namun, detik ini aku menangis penuh duka karna luka yang kau goreskan melalui
celotehanmu. Meskipun aku tak tahu pasti siapa gerangan wanita yang kau maksud,
namun itu amat menyakitkan bagiku.
Detik
ini, sekertika air mataku tertahankan. Entahlah ~
Tangis yang tadi sempat
pecah tiba – tiba terhenti karna pikiranku yang mulai bercampur – aduk tak
karuan. Mengingat setiap detik yang telah berlalu dimana aku mengakui bahwa detik
itu manis ada nya. Namun, mengapa harus
kau buat buyar semua rasa ini? Mengapa? Mengapaaaaaa?
AKU
HANYALAH MANUSIA BIASA !!
Aku
memiliki perasaan yang memang layak nya manusia biasa. Mungkin aku yang terlalu
berlebihan hingga detik ini. Namun, mengapa dahulu kau yang memulai nya?
Mengapaaaaaa?
Aku
yang awal nya tak mengenalmu secara detail, mengapa dapat dengan cepat nya
tertarik padamu? Bukankah kau juga yang memulai nya? Tidak ingatkah dirimu
wahai laki – laki yang beberapa jam tadi
selalu aku harapkan akan menjadi pangeranku kelak? Maafkan apabila kata –
kataku ini terlalu menyudutkan. Sebab aku kecewa………..”
Lebih
tepat nya aku terluka. Mungkin aku yang salah. Sebab, mungkin aku salah dalam
mengartikan ini semua. Mungkin aku salah dalam mengartikan setiap getar yang
kau berikan padaku ini, hingga aku menangkap nya sebagai getaran cinta, namun
pahit nya aku rasakan ketika sekarang aku menyadari bahwa mungkin bukan seperti
dugaanku semula.
Tuhan,
mengapa begini jadi nya?
Benarkah
bahwa memang dia bukanlah untukku? Sejujurnya aku sulit untuk menerima ini.
§ Seandainya dirinya tahu bahwa dalam
setiap harap – harap cemasku selalu terselipkan namanya selalu.
§ Seandainya dirinya tahu, bahwa diri
nya lah sosok pria yang hingga beberapa waktu tadi selalu aku harapkan untuk
menjadi pangeranku kelak.
§ Seandainya dirinya tahu bahwa
seringkali bayang nya muncul dalam mimpi indahku.
§ Seandainya dirinya tahu bahwa aku
yang selalu mencoba menjaga dan mempertahankan rasa ini agar tetap manis sampai
tiba sa’ah nya nanti.
§ Seandainya dirinya tahu betapa lewat
dirinya lah aku bisa tetap selalu tersenyum dan bersemangat menjalani kehidupan
hingga perlahan dapat berubah menjadi manusia yang lebih baik lagi.
§ Seandainya dirinya tahu betapa
bahagia nya aku ketika mampu menyapaikan apa yang tengah aku rasakan pada nya.
§ Seandainya dirinya tahu bahwa tiap
bertambah nya waktu seiring setiap langkah yang aku tempuh, aku selalu memiliki
celah untuk selalu merindukannya.
§ Seandainya dirinya tahu bahwa aku
telah merelakan pria lain demi memberikan ruang besar teruntuk dirinya seorang
yang aku harapkan menjadi pangeranku kelak.
§ Seandainya dirinya tahu betapa
berwarna nya suasana hatiku ketika selalu menantinya untukku kelak.
§ Seandainya dirinya tahu betapa aku
selalu melihat sosok ayahku yang telah lama tiada, ada pada dirinya.
§ Seandainya dirinya tahu betapa aku
ingin bersamanya.
§ Dan seandainya dirinya tahu bahwa aku
menuliskan apa yang aku rasakan ini adalah tentang dirinya, bukan tentang pria
lain.
Namun,
mengapa seketika semua nya seakan semu? Ini menyesakkanku. Ketika kudapati
ternyata harapan ini tak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Apakah hanya akulah
seorang yang tengah bermimpi dalam lamunan panjang ini?
Perih…………”
Mengapa
semua nya menjadi serumit ini? Sejujur nya aku tak mengharapkan yang seperti
ini terjadi. Aku tak sanggup menerima kekecewaan ini.
Sayapku
seakan patah.
Tak
ku mengerti, mengapa begini?
Waktu
dulu ku tak pernah merindu,
Tapi
saat semuanya berubah,
Kau
jauh dariku,
Pergi
tinggalkanku…………”
Dear
you, aku berharap kamu dapat membaca ini, aku berharap kamu dapat memahami apa
maksudku dan dapat mengerti apa yang tengah aku rasakan sampai detik ini. Namun
bila pun tidak, itu tak mengapa, hanya saja mungkin perih ini nampak nya akan
berlebih.
Aku
terluka, sebab dengan caramu yang seperti ini mampu mematahkan sayapku, hingga
mampu menyita senyumku menjadi kelabu.
Ini
kali kedua aku terluka oleh orang yang terlanjur aku sayangi setulus hati. Dan
diluar dugaanku, ternyata seorang pria sepertimu mampu membuatku kecewa hingga
seperih ini.
Dan
kau pun tahu, bahwa tak ada manusia yang sempurna di dunia ini, pun begitu juga
denganku. Kamu yang tadinya aku harapkan dapat menyempurnakan aku, namun nyata
nya justru membuat pupus harapanku akan sebuah cinta sejati.
Pahit
memang aku akui, namun aku tak bisa membencimu duhai pria yang telah membuat aku
terluka dan kecewa bahkan sering nya membuat perasaanku berbunga tak menentu.
Kau
tahu? bahkan dalam detik ini pun bisa – bisa nya bayangmu masih terngiang hadir
bersama dengan kenangan manis yang pernah kurasa. Meski sejujur nya aku masih
tak percaya dan belum dapat menerima duka ini, namun beginilah ada nya.
Mau
dikatakan apa lagi?
Berharap
lukaku ini akan segera terobati, entah dengan cara yang seperti apa.
Salam pilu penuh harap,
Dina Mitsalina