Jumat, 04 Maret 2016

Saling Menasehati Dalam Kebenaran dan Kesabaran



Saling Menasehati Dalam Kebenaran dan Kesabaran


 

Depok, 4 Maret 2016
Pukul 00:42 WIB
Dalam ruang sunyi di sudut kamar kostan
Detik ini, di peghujung pergantian malam yang sunyi, mata ini begitu enggan untuk dapat  terpejamkan. Sebab, sejujurnya diri ini tak akan larut dalam lelapnya alunan mimpi sebelum menerima rasa ketenangan dalam batin. Segala rasa, apapun itu, menyatu menjadi satu menjadikan nya semakin kompleks dan rumit. Kalut, dilematis, galau, bahkan “stres” pun telah berhasil melebur penuh sensasi dalam diri ini. Ya,inilah sebuah hidup dan kehidupan, tak pernah sekalipun berjalan statis.
Mungkin karena aku adalah tipikal perempuan bergolongan darah O dan menurut kebanyakan orang aku ini adalah pribadi yang begitu melankolis, maka segalanya pun tak dapat dibuat menjadi sederhana, bahkan terkadang diriku yang justru memperumit keadaan. Dimanapun aku berada,tak sedikit orang yang mengatakan bahwa aku terlalu “rempong” dalam berbagai hal. Namun,kebiasaan inilah yang tanpa sadar telah membentuk karakterku sampai pada detik ini. Seperti hal nya dengan kejadian dalam seharian ini contohnya….”
Pagi tadi, kami (aku, bad, paul) bangun “kesiangan”. Dimana pagi ini kami ada kelas mata kuliah Analisis Laporan Keuangan pukul 08.00 WIB, dengan dosen favorit kami, Pak Lubis. Dan jika kami hadir lewat dari waktu beliau mengabsen kami satu per satu, maka kehadiran kami pun akan ditandai “T” di kolom absensi yang pertanda bahwa kami terlambat hadir. Terkait dengan hal ini, di semester 4 lalu aku telah mengoleksi cukup banyak huruf “T” di list absensi kehadiranku, dan aku pastikan hal itu takkan terulang kembali di semester ini ^^.
Sementara pagi tadi, kami terbangun sekitar pukul 06.56 WIB. Panik kami bertambah ketika mendapati problema lampu toilet yang tiba – tiba padam di saat yang tidak tepat, membuat kami harus bersikeras membangun menara untuk dapat memasang lampu bohlam yang baru di detik – detik yang sempit ini. Luar Biasa! Aku memang yang paling sulit ontime diantara yang lainnya, kurang gerak cepat lebih tepatnya. Ketika semuanya tergesa – gesa, aku tetap tenang dan santai, sampai akhirnya aku medapat giliran masuk ke toilet pada urutan ke-3 (terakhir) sekitar pukul 07.27 WIB. Dan aku mulai panik.
Setibanya disana, aku baru masuk dan hendak akan memulai aktivitasku didalam, reflek aku langsung berteriak dan berlari keluar toilet ketika mendapati ada seekor cicak yang tak sengaja berenang di dalam bak mandi. Mendengar hal itu, bad dan paul dengan nada tegas menyuruhku agar berani mengatasi hal sepele ini. Bagi mereka, itu adalah perihal sepele dan tak semestinya aku terlalu manja dengan hal ini. Namun apa mau dikata, aku memang begini, aku begitu phobia dengan sesuatu yang menggelikan sekaligus menjijikan, dan melihat tubuh cicak selalu membuatku merinding tak tahan. Aku tahu, waktu kita begitu mepet, dan bukan saat yang tepat aku untuk merengek. Akhirnya aku pun memberanikan diri untuk bergegas menyingkikan cicak tersebut. Dan, ternyata gagal!
Aku hanya bisa merengek dalam ketakutanku sembari sedikit meneteskan air mata. Sungguh berlebihan memang, namun inilah aku. Beberapa detik setelah itu, aku dengan tegasnya mengatakan kepada mereka, bahwa : “ Oke fix, aku kuliah dan gausah mandi!”. Aku tak bermakud jorok, namun begini lebih baik menurutku. Meski ada rasa bersalah dalam hati karena aku takut cicak itu tak dapat bertahan lama dan akan mati karna aku membiarkannya mengapung dalam air terlalu lama, namun aku tetap tak dapat menahan phobiaku ini.
Ada rasa yang berbeda memang terkait keputusan konyolku ini, aku tak merasa nyaman dan lebih fresh dari biasanya sekalipun penampilanku terlihat rapi. Terlebih ketika hari mulai siang, aku mulai tak tahan dengan segala kegerahan ini. Sampai ketika di perjalanan pulang selepas kuliah dan makan siang, aku mulai membahas perihal yang terjadi tadi pagi bersama bad. Aku yang memulai percakapan sampai akhirnya kami saling berdebat. Meski segala perdebatan ini tak mengandung unsur kebencian atau apapun, namun kami tetap saling bertahan pada argument masing – masing dalam dekap canda – tawa yang terasa manis.
Bad mengatakan bahwa aku teralu repot, apalagi ketika ada problema kecoa yang kerap kali datang menghampiriku dan tak bisa menahan sedikitpun teriakku sekalipun aku berada dalam kesunyian. Biarpun begitu, dan aku memang sulit untuk bersikap tenang terhadap hal apapun, namun bad tetap dapat memaklumiku apa adanya, ia begitu mengerti tentang diriku, sebagai seorang sahabat sekaligus saudara seperjuangan ^^.
Selesai dari situ, tibalah kami di kostan kami. Masih membahas perihal cicak tadi, ternyata begitu bad mengecek toilet, cicak tersebut tak ada, entah menghilang kemana. Bad mengatakan bahwa apa yang aku lihat tadi pagi adalah bagian dari imajinasiku saja yang terlalu tinggi, ditambah dengan minusnya mataku yang menurutnya bahwa apa yang aku lihat tadi pagi memang jelas tak ada, dan bad pun berhasil meledekku dengan puas nya sekalipun aku melakukan pembelaan dan pembenaran atas apa yang aku lihat di pagi tadi. Bad terus tertawa, sembari menasehatiku untuk belajar dalam keterpaksaan yang positif untuk dapat bertindak tegas dalam melawan phobia dan menghadapi sesuatu yang tak kita inginkan sekalipun.
Selain phobia terhadap sesuatu yang menggelikan ataupun menjijikan, aku juga phobia terhadap “kesendirian”. Dengan kata lain, aku ini penakut, tak cukup berani dalam bertahan seorang diri terlebih di tempat sepi. Kalaupun terpaksa berada dalam situasi mencekam pun, aku selalu berusaha mencari keramaian. Contohnya, jika aku berada dirumah seorang diri sampai waktu malam tiba, ditambah hujan – angin – petir, aku akan menyetel televisi dengan volume keras, menyetel musik, memasukan kucing – kucingku ke dalam rumah, mengunci pintu, dan kemudian berdiam diri di dalam kamar sembari melakukan aktivitas apapun yang membuat aku tenang.
Dan siang tadi, bad ingin pulang ke rumahnya di bogor, kemudian paul akan pergi interview di daerah Jakarta Timur. Itu artinya, aku akan berada di kostan, melewati waktu sore sampai malam hari di kostan seorang diri. Aku takut, entahlah, aku memang tak cukup berani bertahan seorang diri dalam kesunyian yang mencekam. Aku pernah mendapati harus bermalam sendirian di dalam kostan, dan aku langsung pulang ke rumah meninggalkan kostan. Sebab, aku lebih baik pulang ke rumah, apapun keadaannya daripada harus berada seorang diri di dalam kostan dengan suasana yang mencekam. Dan ini dinilai terlalu berlebihan oleh mereka, yaa inilah aku ~.
Sampai akhirnya, ternyata kami tertidur pulas di kostan sejak siang hari sampai sore tiba. Dan ketika aku telah mulai berani untuk tetap berada di kostan dan bertahan seorang diri, ternyata bad memutuskan untuk tidak jadi pulang ke rumah, sebab takut selepas bad pamit untuk pulang, aku juga ikut bergegas pulang ke rumah karena takut dan tak tahan sendirian di kostan. Bad juga khawatir jika aku pulang ke rumah, aku akan menghadapi keadaan yang tak baik di rumah dibandingkan dengan tetap berada disini. Sungguh aku jadi tak enak hati, namun biarlah :D ~.
Sampai waktu malam tiba, kami saling sharing banyak hal, apapun itu. Bad mulai menasehatiku untuk dapat keluar memberanikan diri mengatasi segala phobiaku,dan tetap tenang menghadapi apapun. Namun, pada intinya, apapun kurangku, bad selalu dapat memaklumi dan memahamiku, pun dengan paul. Kami yang mulai terbiasa hidup bersama dalam satu atap, melewati hari demi hari, mengukir cerita bersama.
Malam tadi, begitu banyak mimpi – mimpi yang kami tuangkan bersama, perihal apapun itu terkait keberhasilan di masa depan. Kami saling memotivasi diri dan yakin bahwa setiap dari kita pasti memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Tak perlu terlalu merendahkan diri, seperti perkataan Bapak Sepky selaku Dosen Mata Kuliah Auditing 2, beliau mengatakan bahwa : “Jangan pernah mengkerdilkan kemampuan diri! Masih ada kesempatan untuk menjadi pribadi yang berkualitas! Karena kita pasti bisa mengeksplore diri lebih dari yang kita bayangkan.”
Tak ada kata terlambat untuk berubah, sekalipun kau tengah berada di keadaan yang begitu menyesakkan, bahkan berada di ambang batas kehancuran. Sebab, untuk saat ini bukan waktunya lagi bagi kita untuk menjadi penonton, sekarang adalah waktunya kita untuk menjadi pemain dalam alur perjuangan hidup ini! Semangat! Buktikan bahwa kita pun Pasti Bisa!
Alhamdulilllah, di masa – masa seperti ini, Allah kirimkan orang – orang yang mampu untuk saling merangkul dan menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Masing – masing dari kami pun memiliki problematika hidup dan ujian kehidupan yang berbeda – beda, cerita hidup kami pun berbeda. Namun dengan keberagaman itulah yang justru menyatukan kami. Ibarat kepingan puzzle, kurang – lebihnya kami justru yang saling mengisi dan melengkapi kami satu sama lain.
Masa – masa sulit yang dijalani bersama menjadikan ini semua terasa lebih ringan untuk tetap dapat dijalani dan dihadapi dengan keyakinan kuat akan buah yang manis di masa mendatang. Apapun warnanya, harus dapat tetap dinikmati adanya. Bersama dengan mereka, satu per satu beban terasa lebih ringan untuk ditanggung. Bersama dengan mereka, langkah ini terasa lebih mudah untuk dapat terus ditapaki. Dan bersama dengan mereka, ketenangan menjalani hidup dan mempersiapkan bekal menuju akhirat kelak terasa nikmat dan bahagia untuk di perjuangkan bersama.
Entah apa yang akan terjadi pada diri kita di masa depan, tak ada seorangpun yang tahu pasti. Namun, apa salahnya mencoba sesuatu yang belum pasti dapat terjadi, tetapi mungkin untuk di coba dan di wujudkan?
Jalani saja, dan pasrahkan hasilnya pada Sang Maha Pemberi Keputusan :)
Semoga dengan segala kesungguhan dan upaya perbaikan diri yang sedang sama – sama kita perjuangkan ini, kelak dapat mengukir tangis dan senyum bahagia. Meskipun kita memiliki pilihan hidup dan mimpi yang berbeda di masa depan, InsyaAllah itu semua dapat terwujudkan kelak dengan caranya masing – masing.
Manusia boleh berencana dan bermimpi indah akan banyak hal, namun rencana yang paling indah dan terbaik adalah mutlak dari Ketetapan Takdir-Nya :)
Tetap Semangat, jangan lupa untuk selalu bersyukur, dan  jadilah pribadi yang ikhlas ^^.
Salam Hangat bertabur berkah berbalut rindu,
~ Dina Mitsalina ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar